27/12/11

Jalsa Salana ke120 Komunitas Muslim Ahmadiyah dimulai di Qadian


Oleh: Maqbool Ahmed

Senin, 26 Desember, 2011
QUADIAN:: The 120 Jalsa Salana dari Komunitas Muslim Ahmadiyah dimulai di sini dengan doa-doa khusus di Qadian. Maulana Hakeem Muhammad Din, Presiden Sadr Anjuman Ahmadiyah Bharat tuan rumah "Lawae-Ahmadiyah" di tanah Ahmadiyah pukul 10 pagi

Pada kesempatan ini Partap Singh Bajwa MP menyambut peserta Jalsa Salana. Dia juga menyapa Pakistan Jalsa Peserta Salana. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa itu adalah keinginan bahwa tidak boleh ada pembatasan visa. Dan Indo-Pakistan orang bepergian tanpa formalitas visa.

Setelah upacara bendera hosting yang dia memimpin jalsa tersebut. Setelah pembacaan Al-Qur'an Suci Maulana Muhammad Hakeem Din mengatakan dalam pidatonya bahwa tujuan utama dari konvensi ini adalah untuk memungkinkan setiap individu untuk secara pribadi pengalaman tulus manfaat agama, Mereka dapat meningkatkan pengetahuan mereka dan karena mereka menjadi diberkati dan diaktifkan oleh Allah yang ditinggikan persepsi mereka dapat berkembang. Diantara manfaat sekunder adalah bahwa pertemuan jemaat bersama-sama akan mempromosikan saling pengenalan antara semua saudara dan akan memperkuat ikatan persaudaraan dalam komunitas ini.


Setelah pidato perdana ribuan Muslim mengambil tangan mereka untuk berdoa bagi keberhasilan jalsa. Kaleem Maulana Ahmad Khan misionaris incharge New Delhi membaca pidato Maulana Muhammad Umar pada topik "Keberadaan Allah Yang Mahakuasa". Maulana Zaheer Ahmad Khadim menyampaikan kuliah tentang "Kehidupan Nabi Muhammad SAW". Pada kesempatan ini Partap Singh Bajwa MP menyambut peserta Jalsa Salana. Dia juga menyapa Pakistan Jalsa Peserta Salana. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa itu adalah keinginan bahwa tidak boleh ada pembatasan visa. Dan Indo-Pakistan orang bepergian tanpa formalitas visa.

Pada kesempatan ini 5116 Pakistan diberikan visa oleh rumah pelayanan. Tiga hari konvensi akan diakhiri pada 28 Desember Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih akan menyampaikan pidato pada sesi penutup dari London melalui televisi Muslim Ahmadiyah.
(Ahmadiyah Times| Berita Watch | Int'l Meja/Source / Kredit: Punjab Newsline Jaringan
Oleh: Maqbool Ahmed | 26 Desember 2011)

26/12/11

Seminar dan Bhakti Sosial Buah Raftah Yogyakarta

Laporan: Nanang Sanusi

Mln.Nanang Sanusi (kedua dari kiri) ditengah Narasumber lainya, saat Seminar Lintas Agama di Universitas Atmajaya
Dua kegiatan penting, memadati aktivitas Raftah , sebagai buah komunikasi social para Pengurus dan anggota JAI Yogyakarta, berlangsung November 2011 yang lalu. Seminar Lintas Agama di Universitas Atmajaya dan Pengobatan Homeopathy di Gunung Pring, dirangkum singkat namun padat oleh Mubaligh  berdarah Banten- yang juga lama bertugas di Makasar dan Kalimantan itu.(Red)

Narasumber pada Seminar Lintas Agama di UAJ Yogyakarta
Pada hari Rabu, 16 Nopember 2011 Lembaga Belajar Mahasis (LBM) Universitas Atma Jaya Yogyakarta telah menyelenggarakan sebuah Seminar Lintas Agama dengan Tema "Keharmonisan Dimulai dari Saling Menghargai". 

Dalam Seminar ini hadir di undang 3 narasumber yaitu, DR. Martinus Sardi dari Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, Yudhit Lim, MA. dari Universitas Satya Wacana Salatiga dan Nanang Sanusi, Muballigh Jema'at Ahmadiyah Indonesia Wilayah DIY. Pada kesempatan ini Mln.Nanang Sanusi telah memaparkan materi seputar "Persekusi terhadap Ahmadiyah, Penyebabnya dan Solusi Hidup Harmoni". 

Para hadirin peserta Seminar yang memenuhi ruang Audisi UAJY tempat diselenggarakannya Seminar ini, yang berjumlah sekitar 200 orang yang kebanyakan para Mahasiswa, sangat antusias mengikuti acara. Cukup banyak pertanyaan diajukan pada sesi tanya-jawab, termasuk pertanyaan seputar kisruh Ahmadiyah di Indonesia.

Bakti Sosial Pengobatan Homeopathy
Sebagai salah satu buah dari kegiatan Rabtah yang selama ini diupayakan, Jema'at Yogyakarta bekerja sama dengan Komunitas Masyarakat Gunung Pring, telah menyelenggarakan kegiatan Bakti Sosial Pengobatan Homeopathy di Desa Gunung Pring - Muntilan - Magelang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, Sabtu-Minggu, 26-27 Nopember 2011 bertempat di Gedung Serbaguna Desa Gunung Pring. 

Masyarakat nampak begitu antusias dalam menyambut dan memanfaatkan kegiatan ini, tidak hanya masyarakat penduduk Desa Gunung Pring, tetapi juga masyarakat penduduk dari Desa tetangga pun turut datang berbondong-bondong untuk berobat. Pada hari pertama kegiatan, Tim agak kewalahan dan sedikit panik karena kegiatan baru berlangsung sampai pukul 01.00 siang persediaan globul sudah hampir habis. 

Alhamdulillah, masalah dapat segera diatasi dengan adanya kiriman tambahan globul pesanan yang segera tiba, dan sampai sore hari terakhir, minggu, 27/11/11, telah berhasil dilayani sebanyak 470 orang pasien. Penyelenggaraan kegiatan ini didukung pula oleh 5 orang tenaga Homepath dari DHN Pusat,yaitu, Dr. Acha, Ir. Elon, Ibu Nurbaeti, Ibu Ani Anwar dan Mba Alin Maemunatunisa, di tambah dengan tenaga Homepath dari Surabaya, Pak Bambang Sutarto, yang juga turut bergabung mendukung kegiatan ini. 

Bapak Kepala Desa dan Tokoh-Tokoh masyarakat Gung Pring menyampaikan ucapan terimasih atas atas terselenggaranya Bakti Sosial Pengobatan Homeopathy ini, yang menurut beliau-beliau begitu berkesan, dan mengaharapkan kegiatan ini tidak dilaksanakan hanya kali ini saja, tetapi juga di masa yang akan datang. Mohon do'a semoga kegiatan tersebut diberkati Allah SWT dan benar-benar memberi manfa'at.(ns/kk)

25/12/11

Rapat Majlis Ansharullah Wilayah DIY


Laporan : Nanang Sanusi
Pertemuan Rapat Majlis Ansharullah Wilayah DIY, alhamdulillah telah diselenggarakan pada hari minggu, 25 Desember 2011, di mulai pukul 10.00 s/d 13 bertempat di Aula ARH Jema'at Yogyakarta, Jln. Atmosukarto no. 15.

Rapat ini diselenggarakan atas prakarsa Bpk. Ir.H.Ahmad Saifudin Mutaqi,MT, selaku Nazim Wilayah yang baru di tunjuk pada awal periode kerja baru Majlis Ansharullah, dalam rangka "Pembekalan Program Kerja Tahun 2012".

Dalam kesempatan tersebut Bapak Nazim telah memaparkan poin-poin Program Kerja Bidang Tabligh,Ta'lim,Tarbiyat dan Maal Majlis Ansharullah Tahun 2012. Rapat Wilayah ini diharapkan dapat menjadi penyemangat bagi Majlis Ansharullah Wilayah DIY khususnya, di awal periode kerja baru dengan Nazim Wilayah baru, dalam rangka melaksanakan tugas-tugas pengkhidmatan ke depan, insya Allah, aamiin.

Dari data absensi- Rapat ini dihadiri sebanyak 15 orang Anshar dari Yogyakarta, Piyungan dan Gunung Kidul. Hadir pula Bapak Muballigh Wilayah dan Bapak Muballigh Gunung Kidul. Wassalam.

09/12/11

Resep Cantik dan Kasep Versi MLN MIRAYUDIN


Catatan: drh Anwar Saleh
Selasa, 12/7-2011,  Mln Mirayudin menceritakan kepada Penulis beberapa penglamannya sbb.:

1.  Cantik dan Kasep
Nasehat dari seorang sahabat Masih Mau’ud a.s., Master Ata Muhammad r.a. Beliau juga seorang guru yang mengajarbahasa Urdu khusus untuk orang-orang asing di Jamiah Ahmadiyah Rabwah di Kelas Mumahidah (Kelas persiapan masuk). Beliau bilang kalau tuan ingin punya anak cantik dan cakap-cakap, isteri tuan sejak awal hamil, tiap pagi minum susu murni dicampur kuning telur ayam kampung. Insya Allah anak-anak tuan akan cantik-cantik dan kasep-kasep. Semoga ini bisa diamalkan oleh ibu-ibu kita semua dan kita semua.


2.  Mungil dan Ramping

Kata Pak Mln Slamet (Mubaligh yang bertugas di Papua Timur), beliau berceritera bahwa ketika tugas di Vietnam jarang sekali melihat wanita gemuk. Setelah diteliti, ternyata setiap masakan apa pun selalu pakai jeruk nipis.

Makanya dr. Sudrajat memberi nasehat, setelah makan daging, apalagi sate, minumnya harus minum air jeruk untuk menetralisir lemak-lemaknya.

3.  Sehat karena Tahajjud.

Menurut Penelitian seorang Muballigh yang lama bertugas di Afrika, Mln Basyarat Basyir (dulu tahun 1968 pernah ke Indonesia mendampingi Mia Rafiq Mubarak), beliau waktu memberi ceramah di Jami’ah Rabwah, beliau pernah mengatakan, menurut penelitian saya, orang yang rajin tahajjud, jarang terserang penyakit jantung, coba kalian teliti.

CERITA   PAPUA

Selasa,, 12/7 – 2011, Mln Mirayudin cerita tentang sehat, ramping, kasep dan cantik. Pada tanggal yang sama seorang Muallim di Papua Barat cerita kepada Penulis via telepon genggam tentang nenek moyang orang Irian. Dua ceita ini, karena datang  pada tanggal yang sama, perlu dipadukan menjadi satu.

Sebelum dipadukan, kita simak dulu cerita dari Papua Barat. Nama Muallimnya “Hamid” dan isterinya bernama Rostina. Pertama kali Rostina melaporkan ke Paman (Penulis), tentang kelahiran putera ke-dua dan mohon do’a. Selanjutnya cerita tentang bai’atnya  beberapa orang Papua Barat tahun 2011, termasuk seorang Kepala Suku.  Kepala suku itu bernama Syukur Agasar dari Suku Irarutu yang bai’at karena melihat syarat bai’at dan mimpinya melihat Huzur. Jumlah orang Papua asli yang bai’at ke dalam Ahmadiyah sudah 20 orang yang dimulai tahun 2001.

Ketika ditanya ke Pak Hamid, apa arti dari kata Papua, tolong ditanya kepada orang-orang tua. Didapat jawaban, Papua itu berarti “Pulau Nenek Moyang”. Lalu ditanya lagi apa ada pesan Nenek Moyang turun menurun dalam cerita masyarakat, tolong ditanyakan juga kepada orang-orang tua. Tak lama kemudian datang jawaban:

“Ada Pak, pesan nenek moyang itu: Saya pergi, nanti saya datang tahun 2000.”

Kata Pak Hamid, benar itu artinya kedatangan Huzur IV atba, Hdh. Mirza Taher Ahmad ke Indonesia tahun 2.000. Dan mulai tahun 2001, orang-orang Papua asli mulai bai’at masuk Ahmadiyah. Aneh, tapi nyata!
Supaya sehat, ramping, kasep-kasep dan cantik-cantik, ikuti saja  cerita Mln Mirayudin di atas. Selamat mengamalkan.

Dalam waktu tidak lama lagi Mln. Mirayudin akan bertugas di Papua Nuguinea, menggantikan Mln. Khaerudin Barus Shd. alm.  Semoga dengan demikian warga Pulau Nenek Moyang (Papua Barat dan Papua Timur) itu akan semakin banyak yang menjadi kasep-kasep rohani dan jasmaniahnya. Amiin.

Balaigana, rumah hantu yang berberkah


From: Iskandar Gumay
Nama cabang Balaigana mungkin terasa asing bagi sebagian besar warga Jemaat di Indonesia. Hal ini dikarenakan Balaigana memang baru saja resmi menjadi cabang pada bulan Maret 2010 yang lalu. Sungguh usia yang masih sangat muda.

Balaigana terletak diwilayah Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Tepatnya berada ditengah pemukiman suku Dayak berjarak 500 kilometer dari Ibukota Pontianak. Bagi mereka yang mengerti arti Balaigana pasti akan merasa penasaran. Bagaimana tidak, Balaigana berasal dari kata Balai yang artinya rumah dan Gana yang berarti hantu. Konon dahulunya Balaigana dikenal sebagai “kampung angker” tempat hantu bergentayangan.

Ditilik dari lokasinya, Balaigana memang terletak ditengah hutan belantara Kalimantan Barat yang terisolir, selain itu Balaigana juga “ditakuti” karena suku Dayak sebagai warga asli mengganggapnya sebagai salah satu tempat yang bertuah.

Jemaat Ahmadiyah masuk ke Balaigana tepatnya pada tahun 2004 melalui pertablighan yang dilakukan para Dai Ilallah dari Sintang dan Pontianak. Proses masuknya warga jemaat Balaigana ini bukanlah sebuah perkara yang mudah, melainkan melalui proses perdebatan dan diskusi yang panjang. Hanya dengan karunia Allah Taala semata, akhirnya terbentuklah jemaat kecil yang solid, semangat dan penuh kecintaan.

Namun sebagaimana jemaat didaerah lain yang mengalami penentangan, demikian pula halnya dengan Balaigana. Berbagai ujian dialami oleh anggota jemaat ini bahkan sebelum terbentuk menjadi sebuah cabang.  Pada tahun 2004 lalu, pada saat masih menjadi kelompok binaan dari cabang Sintang, Masjid dan rumah misi di Balaigana pernah dihancurkan massa hingga rata dengan tanah, bahkan mubaligh yang bertugas ditempat ini dipukuli hingga babak belur.

Tidak hanya itu, berbagai tindakan intimidasi juga sering dirasakan oleh para anggota, yang intinya masyarakat ghair setempat tetap menginginkan agar anggota jemaat kembali kepada ajaran Islam yang umum mereka anut. Namun para anggota jemaat Balaigana tetap bersabar dalam menghadapi ujian tersebut dan menjalani keimanan terhadap Imam Mahdi as. dengan penuh istiqomah.

Setelah lima tahun berlalu, anggota Balaigana yang telah lama merindukan kembali tempat berkumpul untuk beribadah dan menjadi pusat kegiatan jemaat, bersepakat untuk  membangun sebuah surau. Walaupun paham dengan segala konsekuensinya, para anggota membulatkan tekad dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.

Dengan berbekal semangat kecintaan, para anggota secara swadaya bahu membahu untuk mewujudkan keinginan tersebut. Dengan sedikit bantuan dari cabang-cabang lain diwilayah Kalbar, akhirnya surau sederhana itu berdiri. Bertembokan kayu, beratapkan seng  dan beralaskan semen, ruangan berukuran 6 x 6 itu tampak seperti rumah biasa.

Bahkan tidak ada kubah layaknya sebuah surau, namun dibagian dalam ruangannya ditata sedemikian rupa menyerupai sebuah tempat ibadah. Dengan mimbar dibagian depan dan hamparan sajadah yang berjajar rapi. Sungguh sederhana namun sungguh istimewa karena merupakan buah kecintaan dan pengorbanan dari semuanya. Dengan adanya surau tersebut, para anggota semakin terpacu dalam keaktifan. Semua berlomba-lomba untuk memakmurkan surau yang diberi nama “Shiratul Imam” tersebut. Berbagai kegiatan dilakukan, mulai dari sholat berjamaah, pengajian, pembinaan mubayyin baru, pra madrasah dan sebagainya.

Hal ini kemudian memancing kembali rasa tidak suka sebagian masyarakat yang anti terhadap jemaat. Melihat berbagai kemajuan yang dicapai oleh jemaat Balaigana, mereka menjadi semakin gerah. Apalagi pada awal Juni 2010 cabang Balaigana mendapatkan karunia untuk dikunjungi oleh Bapak Amir Nasional. Ujian ketaqwaan bagi para anggotapun dimulai kembali.

Pada saat kunjungan tersebut tiga orang intel datang untuk melakukan koordinasi. Rupanya tidak jauh dari surau telah berkumpul sekitar 30 orang yang bersiap untuk melakukan huru hara, membubarkan acara pertemuan dan merusak surau. Keadaan sempat tegang. Namun berkat karunia Allah taala kondisi menjadi aman berkat keteguhan para anggota Jemaat yang memperlihatkan semangat dan jiwa pantang mundur yang luar biasa. Saat itu rombongan Bapak Amir dan Mubwil dijaga ketat oleh tim sepeda motor yang terdiri dari beberapa orang khudam dan anshor sebagai voorider yang mengawal Bapak Amir keluar dari Balaigana.

Sementara sebagian anggota lainnya berjaga-jaga disurau. Doa dan sholawat tidak terlepas dari bibir para anggota pada saat itu. Disisi lain para ghair yang sudah berkumpul menjadi ciut “nyalinya” setelah melihat keteguhan dan keberanian warga jemaat dalam melindungi orang nomor satu di Jemaat Ahmadiyah Indonesia ini. Akhirnya warga urung melakukan tindakan anarkis. Sungguh pemandangan yang sangat mengharukan.

Rupanya ujian keimanan tidak berhenti sampai disitu. Dua hari sejak kepulangan Bapak Amir ke Jakarta, berita mengenai upaya pembongkaran surau di Balaigana diwacanakan dibeberapa media cetak dan elektronik daerah Kalbar. “Jika pemerintah tidak mampu melakukannya, maka kami yang akan bertindak” demikian salah satu ungkapan provokatif yang dikutip dari warga dalam koran harian Tribune Pontianak, 7 juni 2010. Dalam pemaparannya mereka kembali mempersoalkan mengenai keberadaan Ahmadiyah didaerah Balaigana, juga pembangunan surau yang dianggap meresahkan. Segala dalih mereka sampaikan untuk membenarkan upaya mereka tersebut. Untuk itu mereka menginginkan bahwa surau Ahmadiyah tersebut dibongkar oleh Pemerintah, namun bila tidak maka mereka sendiri yang akan melakukannya.

Menyikapi informasi ini Aparat Kepolisian menunjukan keseriusannya dalam bertindak dan alhamdulillah mereka segera menurunkan pasukannya ke Balaigana untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dengan menjaga surau dan mendatangi semua provokator sekaligus “mewarningnya”. Rasa khawatir pihak Kepolisian akan terjadinya pertumpahan darah membuat Polisi bergerak dengan cepat untuk mengadakan dialog.

Dalam pertemuan tersebut disepakati akan adanya pertemuan khusus antara warga jemaat, warga setempat dan pihak-pihak terkait, yang pada intinya polisi menegaskan agar warga tidak main hakim sendiri dan akan menindak tegas siapa saja yang bertindak anarkis. Tidak hanya itu, dengan karunia Allah tanpa diduga Dewan Adat Dayak melalui kepala sukunya memberikan dukungan kepada Jemaat. Mereka menyatakan bahwa apabila terjadi tindak anarkis kepada anggota Jemaat maka mereka akan turun tangan dan akan menyelesaikan hal tersebut secara adat. Mengingat masih kentalnya adat dan budaya suku Dayak sebagai suku asli di Kalimantan Barat, maka dukungan tersebut cukup istimewa artinya dalam kehidupan sosial masyarakat didaerah ini.

Alhamdulillah hingga tulisan ini disusun keadaan di Balaigana kondusif. Terlebih ketika Mln. Ismail Firdaus yang baru 3 bulan bertugas dengan karunia Allah taala dapat mulai menembus masyarakat sekitar dengan pendekatan olahraga sepakbola. Beliau saat ini mendapat kepercayaan menjadi salah satu pengurus tim bahkan diminta untuk membantu melatih.

Sepakbola yang selama ini mati suri Alhamdulillah dapat bangkit kembali, bahkan tim bola setempat dapat ikut serta dalam turnamen sepakbola sekabupaten Sintang. Melihat peluang ini, dengan semangat pengorbanan segenap warga jemaat menyisihkan sebagian hartanya untuk membeli kaos tim dan insya allah atas bantuan Bapak Amir nasional PB akan membantu mengadakan banyak bola dan biaya perbaikan lapangan, berhubung kegiatan latihan tidak hanya difokuskan untuk pemuda namun rupanya untuk usia dinipun tengah diberdayakan. Semoga langkah-langkah sederhana ini mendapat ridho dan karunia dari Allah swt. amin. Dan semoga Balaigana dapat menjadi Balai Harapan bagi masa depan Jemaat Imam Mahdi as. di Kalimantan Barat ini. Amin.