Kesehatan

 

Resep Cantik dan Kasep Ala MLN MIRAYUDIN

Selasa, 12/7-2011,  Mln Mirayudin menceritakan kepada Penulis beberapa penglamannya sbb.:

1.  Cantik dan Kasep
 Nasehat dari seorang sahabat Masih Mau’ud a.s., Master Ata Muhammad r.a. Beliau juga seorang guru yang mengajarbahasa Urdu khusus untuk orang-orang asing di Jamiah Ahmadiyah Rabwah di Kelas Mumahidah (Kelas persiapan masuk). Beliau bilang kalau tuan ingin punya anak cantik dan cakap-cakap, isteri tuan sejak awal hamil, tiap pagi minum susu murni dicampur kuning telur ayam kampung. Insya Allah anak-anak tuan akan cantik-cantik dan kasep-kasep. Semoga ini bisa diamalkan oleh ibu-ibu kita semua dan kita semua.

2.  Mungil dan Ramping

Kata Pak Mln Slamet (Mubaligh yang bertugas di Papua Timur), beliau berceritera bahwa ketika tugas di Vietnam jarang sekali melihat wanita gemuk. Setelah diteliti, ternyata setiap masakan apa pun selalu pakai jeruk nipis.

Makanya dr. Sudrajat memberi nasehat, setelah makan daging, apalagi sate, minumnya harus minum air jeruk untuk menetralisir lemak-lemaknya.

3.  Sehat karena Tahajjud.

Menurut Penelitian seorang Muballigh yang lama bertugas di Afrika, Mln Basyarat Basyir (dulu tahun 1968 pernah ke Indonesia mendampingi Mia Rafiq Mubarak), beliau waktu memberi ceramah di Jami’ah Rabwah, beliau pernah mengatakan, menurut penelitian saya, orang yang rajin tahajjud, jarang terserang penyakit jantung, coba kalian telit

CERITA   PAPUA

Selasa,, 12/7 – 2011, Mln Mirayudin cerita tentang sehat, ramping, kasep dan cantik. Pada tanggal yang sama seorang Muallim di Papua Barat cerita kepada Penulis via telepon genggam tentang nenek moyang orang Irian. Dua ceita ini, karena datang  pada tanggal yang sama, perlu dipadukan menjadi satu.

Sebelum dipadukan, kita simak dulu cerita dari Papua Barat. Nama Muallimnya “Hamid” dan isterinya bernama Rostina. Pertama kali Rostina melaporkan ke Paman (Penulis), tentang kelahiran putera ke-dua dan mohon do’a. Selanjutnya cerita tentang bai’atnya  beberapa orang Papua Barat tahun 2011, termasuk seorang Kepala Suku.  Kepala suku itu bernama Syukur Agasar dari Suku Irarutu yang bai’at karena melihat syarat bai’at dan mimpinya melihat Huzur. Jumlah orang Papua asli yang bai’at ke dalam Ahmadiyah sudah 20 orang yang dimulai tahun 2001.
Ketika ditanya ke Pak Hamid, apa arti dari kata Papua, tolong ditanya kepada orang-orang tua. Didapat jawaban, Papua itu berarti “Pulau Nenek Moyang”. Lalu ditanya lagi apa ada pesan Nenek Moyang turun menurun dalam cerita masyarakat, tolong ditanyakan juga kepada orang-orang tua. Tak lama kemudian datang jawaban:

“Ada Pak, pesan nenek moyang itu: Saya pergi, nanti saya datang tahun 2000.”

Kata Pak Hamid, benar itu artinya kedatangan Huzur IV atba, Hdh. Mirza Taher Ahmad ke Indonesia tahun 2.000. Dan mulai tahun 2001, orang-orang Papua asli mulai bai’at masuk Ahmadiyah. Aneh, tapi nyata!
Supaya sehat, ramping, kasep-kasep dan cantik-cantik, ikuti saja  cerita Mln Mirayudin di atas. Selamat mengamalkan.

Dalam waktu tidak lama lagi Mln. Mirayudin akan bertugas di Papua Nuguinea, menggantikan Mln. Khaerudin Barus Shd. alm.  Semoga dengan demikian warga Pulau Nenek Moyang (Papua Barat dan Papua Timur) itu akan semakin banyak yang menjadi kasep-kasep rohani dan jasmaniahnya. Amiin. (Catatan: drh Anwar Saleh)


          

 

ADA APA DIBALIK MANISNYA GULA   ?

Catatan: wawan rustiawan
Setiap manusia pasti akan suka dengan rasa manis, bahkan jika membeli buah pasti yang rasanya manis yang paling banyak dipilih. Bukan itu saja, setiap makan baik pagi, siang, maupun malam, selalu didampingi oleh segelas teh manis sebagai penambah nafsu makan.

Tapi, sadarkah kita kalau makanan manis yang kita konsumsi setiap harinya terkadang melebihi ambang batas normal. Misalnya, sepiring nasi kalau sudah masuk ke dalam tubuh, akan diproses menjadi gula atau disebut glukosa. Ditambah pisang yang juga mengandung gula (fruktosa), dan segelas teh manis pastinya akan banyak sekali gula di dalam tubuh kita.
Seperti yang ditulis oleh Ratih Sayidun pada rubrik kesehatan di Majalah Aulia edisi Oktober 2011, dijelaskan bahwa segala yang berlebihan tidak menghasilkan kebaikan. Seseorang yang kekurangan gula akan terlihat kurus dan lemas akibat kekurangan energi. Sebaliknya, kelebihan gula membuat badan melebar ke samping alias gemuk sementara penyakit diabetes mengintai.

Memang, kita tidak mungkin menghindari gula karena gula adalah salah satu jenis karbohidrat yang sangat diperlukan sebagai sumber energi untuk beraktivitas sehari-hari. Untuk jenis gula yang paling umum dikenal adalah gula pasir. Nasi yang kita makan, setelah diproses dalam tubuh, berubah menjadi gula (glukosa) sebagi sumber energi. Buah-buahan pun mengandung gula yang disebut fruktosa. Ada pula gula di dalam susu yang disebut laktosa. Sementara gula pasir disebut sukrosa, madu pun mengandung gula yang disebut maltosa.
Masih ada lagi, gula tambahan yang terdapat di dalam permen,es krim, minuman ringan, kecap, sereal, biskuit, dan roti. Nah, yang dimaksud dengan gula tambahan adalah gula pasir dan pemanis buatan lain yang sering tersembunyi di dalam makanan.
Gula tambahan juga terdapat pada makanan yang diawetkan, diproses, maupun diolah. Gula pasir dihasilkan dari air tebu yang kaya akan sukrosa. Ada lagi gula buatan yang terbuat dari jagung yang disebut High Fructose Corn Syrup (HFCS). Berbeda dengan gula tebu, gula jagung mengandung ruktosa, yang strukturnya lebih sederhana. Semakin sederhana struktur gulanya, semkin mudah diserap oleh tubuh. Sehingga lebih cepat menaikkan kadar gula dalam darah. Ini yang berbahaya.

Kita mungkin tidak sadar, kalau saat ini kita sudah banyak menimbun gula di dalam tubuh. Menurut Dr. Diana Sunardi, M.Gizi dari Departemen Gizi FKUI/RSCM, sekaleng minuman ringan mengandung sekitar 150 kalori (kurang lebih tiga sendok makan gula), sepotong kue mengandung sekitar 250 kalori (kurang lebih lima sendok makan gula), sebatang es krim terdri dari 200 kalori (kurang lebih empat sendok makan gula). Bukankah takaran gula ini mengerikan?

Bagaimana dengan madu? Madu tidak sama dengan gula. Meskipun sama-sama manis dan mengandung karbohidrat sederhana, namun senyawa penyusunnya berbeda. Madu mengandung glukosa, fruktosa, dan antioksidan. Saat diminum, langsung diserap tubuh sehingga madu cepat menghasikan tenaga. Berbeda dengan gula yang mengandung sukrosa, yang baru bisa diserap tubuh beberapa jam kemudian. Sehingga madu adalah alternatif pemanis yang paling aman dibandingkan dengan gula.

Jadi, kendati gula adalah sumber karbohidrat yang merupakan sumber energi, akan tetapi bukan sumber energi utama. Sumber energi utama manusia terdapat pada makanan pokok, yaitu nasi, ubi, singkong, sagu, dan jagung. Takaran gula yang paling aman dikonsumsi orang dewasa maupun anak-anak, sebenarnya tidak ada yang baku. Hanya perlu selalu diingat, gula merupakan karbohidrat sederhana, yang kalau dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan berbagai efek samping.

Kita tidak bisa menghindari gula dalam kehidupan kita. Bayangkan, hampir semua makanan mengandung gula. Mulai dari nasi, roti, kentang, mie, dan buah-buahan seperti pisang, mangga, semangka, dan durian. Gula yang berasal dari makanan tersebut termasuk dalam kelompok karbohidrat kompleks. Sedangkan gula yang terdapat dalam gula pasir dan  sirup adalah karbohidrat sederhana.

Di dalam tubuh, karbohidrat kompleks akan mengalami proses panjang, sebelum digunakan atau disimpan. Berbeda dengan karbohidrat sederhana, yang bila tubuh tidak langsung menggunakan akan disimpan dalam bentuk lemak. Para penderita diabetes, penimbunan karbohidrat sederahana, dapat menimbulkan lonjakan gula darah.  

Karbohidrat kompleks terdapat dalam gandum, kacang-kacangan, polong-polongan, golongan padi-padian seperti beras tumbuk dan beras merah, sayuran dan buah. Karbohidrat merupakan sumber energi yang baik. Jadi, boleh dikonsumsi sebagai sumber energi. Sedangkan karbohidrat sederhana hanya boleh dikonsumsi secukupnya karena bisa menimbulkan kegemukan, diabetes, dan penyakit denegeratif.

Bagaimana mewaspadai timbulnya penyakit akibat kelebihan Gula:
ü Kita harus mengurangi takaran gula pasir sedikit demi sedikit..
ü Jangan tambahkan gula ke dalam teh, kopi atau masakan. Pilihlah minum air putih atau teh tawar, agar asupan gula dalam sehari semakin sedikit.
ü Kalau harus minum manis, perhatikan berapa kali kita minum manis dalam sehari. Sebaiknya hanya dua kali sehari saja. Kalaupun mimum jus, jangan tambahkan lagi gula atau pemanis lainnya.
ü Bacalah tabel yang tertera dalam produk makanan dan minuman.
ü Kendalikan konsumsi cake, kue, es krim, atau kolak. Ambil porsi sedikit atau porsi kecil saja.
ü Untuk anak-anak perkenalkan rasa lain selain manis, misalnya rasa asin atau gurih.
ü Hindari makanan yang banyak mengandung banyak gula, seperti makanan yang terbuat dari terigu, minuman ringan, kentang goreng, donat, permen, coklat, sereal kaya gula, es krim dan jus buah yang telah ditambah gula.
ü Lebih menyehatkan makan buah segar. Gula buah (fruktosa) akan diproses dalam tubuh secara perlahan, sehingga tidak meningkatkan kadar gula darah. Buah yang kaya gula atau tidak, bisa dibedakan melalui rasa. Semakin manis berarti semakin banyak kandungan gulanya. Idealnya makan buah 5 kali sehari, yaitu setelah makanan pokok dan makanan selingan. Makanan selingan adalah makanan diantara dua waktu makanan pokok, yaitu jam 10.00 pagi dan jam 16.00 sore. Pilih buah sebagai makanan selingan.
Sebenarnya Allah SWT  telah mengingatkan kita ,dalam Firmannya, yang artinya: “.....Makan dan minumlah dan janganlah berlebih lebihan sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih lebihan.“ (QS: Al-A’raaf: 31).
Begitu yang mulia  Rasulullah SAW , telah menasihatkan ,dalam sabdanya, yang artinya: “Makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa disertai dengan berlebih-lebihan dan kesombongan.“ (HR: Abu Daud dan Ahmad, Al-Bukhari meriwayatkannya secara mu’allaq). Semoga bermanfaat.Wallahu a'lam.( gentongmasdotcom)

Homoeophaty
            Dalam ruangan dibelakang kantor Sekretaris Khalifah di Mesjid London terdapat lemari panjang berukuran dua kaki  kedalam dan tingginya delapan kaki. Lemari ini dulunya berisi alat-alat tulis dan perlengkapan kantor lainnya. Sekarang isinya ratusan botol  kecil berisi cairan aneka warna. Dari sinilah obat-obat  homoeopati yang dituliskan resep-resepnya oleh Khalifah diramu untuk orang-orang diseluruh dunia.

            Khalifah menerima seratus surat atau lebih setiap harinya dari orang-orang yang menguraikan penyakit mereka dan meminta beliau memberi mereka  resep obat  homoeopati. Kebanyakan permintaan biasanya dari orang-orang  Ahmadiyah, tetapi banyak juga dari orang-orang lain yang telah mendengar keberhasilan pengobatan  beliau dan memohon resep beliau untuk mereka.
            Beliau memberikannya tanpa bayaran dan beliau yakin akan kemanjuran homoeopati  serta suka menarik perhatian orang sebanyak mungkin akan hal ini. Dokumen-dokumen kantor  penuh dengan surat orang-orang yang mengatakan telah sembuh atau terlepas dari sakit mereka.
            Dahulu beliau tidak selalu percaya pada keampuhan homoeopati meskipun selama banyak generasi keluarga Mirza telah berhubungan dengan pengobatan. Kakek buyut Khalifah, Mirza Ghulam Murtaza, biasa mengobati penduduk desa Qadian  jika mereka sakit. Tidak ada dokter dalam jarak dekat  dan sebagai kepala desa beliau dimintai pertolongan dalam krisis apapun.
            Beliau menurunkan pengetahuannya tentang obat-obatan kepada putra beliau Ahmad yang kemudian sebagai Masih Mau’ud dan terkenal atas keberhasilannya dalam pengobatan. Putra beliau, Khalifah kedua, menjadi sangat tertarik pada obat-obatan  dan mempelajari pengobatan-pengobatan  allopati, obat-obatan local dan dari tumbuhan, serta ketika homoeopati masuk ke India beliau menjadi salah seorang yang pertama mempraktikannya.
            Tetapi sampai beliau berusia empat  belas tahun Khalifah Keempat menganggap homoeopati “hanya suatu yang tak berarti.”
            “Saya tahu dari pelajaran sains di sekolah  dilusi cairan dalam resep obat homoeopati adalah menit. Bagi saya nampaknya mustahil obat-obat itu ada efeknya. Misalnya, potensi 30 berarti satu dilusi satu dengan  60 nol  di belakangnya.
            “Dilusi yang demikian bersifat astronomis. Bagi saya mustahil obat berdilusi sampai sedemikian tinggi dan ada nilainya. Jadi saya menyepelekan saja.
            “Ayah saya menuliskan baik resep allopati maupun homoeopati  jika kami sakit. Jadi ketika kami sembuh kami tak pernah tahu betul obat mana yang bekerja.
            Saya biasa menderita migraine yang berat. Sakit ini tak tersembuhkan oleh aspirin biasa. Saya kadang-kang minum lima sampai enam tablet aspirin tapi masih belum mempan. Satu-satunya yang menyembuhkan adalah sejenis obal analgesic khusus yang sangat ampuh. Ayah saya biasa memesannya dari Calcutta.
            “Sekali saya menderita migraine berat dan berbaring ditempat tidur serta merasa sangat sakit. Ibu saya bersama saya dan beliau  menjumpai seseorang agar menjumpai ayah saya untuk minta dua tablet analgesic tersebut. Mereka datang dan mengatakan tablet itu habis, tapi ayah saya memberinya bubuk homoeopati untuk saya. Saya kira itu tak ada gunanya, tapi saya merasa sangat sakit dan tidak protes. Ibu saya meletakannya di sendok dan saya menelannya.
            “Ibu saya tinggal disamping saya sebagaimana dilakukan para ibu  dan beliau menanyakan apa yang sedang saya rasakan ketika tiba-tiba saya menyadari saya tidak sakit kepala lagi. Tadinya saya sakit kepala namun saat itu tidak lagi.
            “Ketika saya sembuh saya mulai memikirkannya. Sekarang teori harus sesuai dengan pengamatan. Kita tidak bisa membelokkan pengamatan agar sesuai dengan teori. Teori saya mengatakan: Mustahil. Pengamatan saya mengatakan: Terbukti.
            “Jadi kita harus mengikuti fakta yang kita ketahui. Jangan belokkan fakta-fakta kita menurut teori. Inilah prinsip saya dan saya masih menganut prinsip ini. Jadi saya katakan: Tentunya ada sesuatu didalamnya.
            “Belakangan saya menderita pilek berat. Penyakit ini tak sembuh oleh pengobatan apapun. Jadi saya minta ayah saya untuk memberi saya obat pilek tersebut. Beliau menanyakan berbagai pertanyaan pada saya dan kemudian mengirimi saya berbagai bubuk. Saya sembuh dalam sehari.
            “Ayah saya sangat sakit pada saat itu dan beliau tidak dapat mengajari saya, tapi tentu saja sudah banyak percakapan pada masa sebelumnya. Saya mulai belajar. Saya masuk keperpustakaan beliau  dan saya mulai membaca semua buku yang dipunyai beliau tentang homoeopati. Saya kira saya mulai membuat perpustakaan saya atas biaya beliau. Saya tak pernah mengembalikan buku-buku  yang saya pinjam. Tak ada orang lain yang tertarik pada buku-buku ini.
            “Secara bertahap saya  membangun pengetahuan saya dan akhirnya memutuskan ; ‘Tidak lagi Allopati’. Pada saat itu saya juga sering terserang malaria. Ini sangat parah dan obat-obatan allopati yang biasa mengobatinya akan menimbulkan akibat sampingan yang sangat pedih bagi saya. Saya akan sangat menderita selama tiga atau empat hari – tangan-tangan saya bengkak dan saya merasa gatal. Ini membuat saya ingin merobek-robek diri sendiri. Saya tak tahu mana yang lebih buruk – menderita malaria atau efek sampingan obat-obat yang saya minum untuk melawannya.
            “Jadi saya putuskan untuk mencoba  obat-obatan homoeopati. Saya gagal berulang-ulang dan ketika saya merasa yakin apa yang saya lakukan sia-sia saya akan minum obat-obatan allopati meskipun ini sangat menakutkan. Hal ini berlanjut selama dua tahun sampai saya akhirnya mampu membuat untuk diri saya sendiri resep obat homoeopati yang mujarab. Sejak itu, bilamana saya terserang malaria, saya membuat obat ini untuk diri sendiri. Obat ini selalu menyembuhkan saya.
            “Setelah itu saya mulai mengobati anak-anak saya dan orang lain. Ini tanggung jawab yang besar. Saya belajar dengan sangat sungguh-sungguh. Kadang-kadang saya akan duduk sepanjang malam mengerjakan apa yang harus saya berikan  kepada seorang pasien yang telah saya lihat  dan akan kembali keesokan harinya.
            “Belajar dan praktek yang terus-menerus ini akhirnya memberi saya pengetahuan  yang saya butuhkan. Sebagai hasilnya sekarang saya dapat dengan cepat memutuskan obat mana yang diperlukan setiap pasien.  Kadang-kadang saya dapat melihat seorang pasien  dan ketika mengamati wajahnya   saya langsung tahu obat apa yang harus saya berikan.
            “Tetapi ini adalah hasil bekerja dan belajar selama lebih dari 40 tahun. Saya sudah mempunyai pengalaman yang benar-benar banyak.
            “Tentunya halnya tak sama jika seorang pasien menulis kepada saya dan menguraikan penyakit mereka  -- dan saya menerima surat dari seluruh dunia  -- namun banyak dokter sudah menulis kepada saya secara pribadi tentang pasien-pasien yang mereka sudah kehilangan harapan. Mereka datang kepada saya karena mereka dengar saya dahulu berhasil.
            “Inilah kasus-kasus yang dianggap sudah berakhir tetapi mereka masih hidup sampai sekarang. Saya kira orang harus mengesampingkan prasangka  dan melihat fakta-fakta. Dan ada sangat banyak fakta tentang homoeopati. Kami menyimpan semua catatan tentang resep apa yang telah diberika. Kami juga menyimpan  catatan-catatan apa yang dikatakan dokter–dokter  mereka dan apa yang dikatakan para pasien.”
            Salah seorang yang ragu tentang keampuhan homoeopati dahulu adalah Tuan B.A.Rafiq. Ia menderita diabetes dan akibatnya selalu membawa persediaan insulin bersamanya. Insulin ini tak selalu mudah diperoleh  di Pakistan dan ketika ia berada di tempat yang terkurung dimana aliran listrik sulit  -- atau kadang-kadang tidak ada – ia menyadari sukarnya menyimpan insulin  dalam kondisi baik. Oleh sebab itu suatu kali sebelum ia meninggalkan Pakistan ia mendapat sebuah resep dari Khalifah.
            “Cobalah”, kata Khalifah. “Jika tidak ampuh maka jangan gunakan lagi.”
            Menantu Tuan Rafiq, seorang Dokter di Amerika Serikat, sepenuhnya skeptis terhadap homoeopati. “Mustahil ada manfaatnya”, katanya.
            Tetapi dalam kunjungan Khusus ke Pakistan itu sangat sukar memperoleh insulin dan Tuan Rafiq memutuskan untuk mencoba resep Khalifah.
            Obat itu bekerja !
            “Saya tidak tahu apa-apa tentang obat”, kata Tuan Rafiq. “Menantu saya masih tetap skeptis,. Saya hanya dapat berkata obat itu ampuh untuk saya.”
            Sebagai hasilnya ia menyebutkanya kepada Zafrullah Khan yang juga penmderita diabetes. Beliau bahkan lebih skeptis . Saya sudah menderita diabetes selama empatpuluh tahun jadi saya kira tak ada obat homoeopati yang dapat membantu saya.”
            Tetapi dua bulan kemudian beliau menulis kepada Tuan Rafiq. Obat itu berhasil,katanya. Zafrullah Khan menggunakannya selama sepuluh tahun terakhir hidupnya sampai beliau wafat  dalam usia 93 tahun.
            Khalifah tidak memaksakan keyakinan beliau tentang homoeopati. Terserah kepada setiap orang Ahmadi untuk percaya atau tidak.