25/11/11

Pandangan Pak Qoyum: “Huzur Ahli Politik”

Untuk Membuka wawasan tentang Dunia Politik, Team APACE ngobrol dengan Ir.Abdul Qoyum, di rumahnya Patra Kuningan Jaksel, beberapa waktu sebelum musim Kampanye Calon Presiden RI 2009 yang lalu. Berikut beberapa petikan obrolan tersebut , yang sudah diedit sesuai keperluan. Sementara dalam catatan ini, nama Ir. Qoyum kami tulis dengan inisial PQ ( Pak Qoyum).

PQ sepakat dengat Apace, bahwa Huzur ke 2 ra. juga Ahli Politik dan dekat dengan kalangan Politik. Begitu juga Huzur ke 4.ra. Berdirinya Pakistan jelas ada keterlibatan besar Khalifah Ahmadiyah, juga  Pemilihan Kepala Negara Pakistan Pertama. PQ juga bilang, baca Man of God!(Buku Karangan Iain Adamson tentang Biografi Huzur4 ra & Jemaat Ahmadiyah) Sama dengan sikap Apace.

PQ cerita, bahwa ada beberapa Ahmadi yang tidak setuju kita meniru cara Huzur ke 2. Dalilnya,kata Ahmadi itu, Huzur kan dapat Wahyu untuk melakukan itu, sementara kita kan tidak.  PQ balik bertanya , lha kalau tidak boleh nyontoh Khalifah , kita disuruh nyontoh siapa? Ujar PQ. Ditimpali celetuk Apace,bukankah semua yang disabdakan Rassullullah, dan kini kita tiru kerjakan, juga berasal dari  Wahyu yang diterima Muhammad saw.?

PQ menggambarkan di Jemaat memang banyak macam orang dengan karakter yang berbeda- beda. Tidak ada yang sempurna. Salah satu yang dicontohkan PQ adalah almarhum Abdul Somad, Ahmadi Jakarta Timur – yang selalu tidak setuju Ahmadi berpolitik. Jadi PQ , katanya, sering kalau ketemu Somad di Masjid selalu menegur setengah menyindir: “ Gimana? Jadi Ahmadi tetap tidak boleh berpolitik -ya?”, ujar PQ sambil tersenyum.

Jangan Musuhi, Dekati Para Tokoh
PQ menggambarkan bagaimana Gusdur adalah orang / Presiden yang tidak konsisten. PQ mengaku orang diluar tim resmi Kabinet, yang pertama kali diajak Gusdur (GD) ,sebagai Presiden, melawat ke Luar Negeri. GD menjanjikan, dalam suatu pertemuan ke PQ, bahwa PQ akan memegang seluruh BUMN dalam masa Pemerintahan Gusdur. Tapi dalam waktu singkat akhirnya PQ Cuma diberi jabatan Dirut PGN. Masih banyak janji-2 lain yang diingkari Gusdur.

PQ berdasarkan asumsinya dengan Gusdur, menganggap GM juga sama saja dengan Gusdur, beda-beda tipis. Tapi prinsipnya kalau ada tokoh yang hanya memanfaatkan JAI, atau pribadi Ahmadi , jangan di musuhi- karena kita akan repot kalau  menghadapi musuh semacam itu, apalagi kalau banyak. Kita harus tetap kontak dan mendekati-siapapun yang pernah membela Jemaat. Satu ketika pasti ada gunanya.

Contohnya , kata PQ, dulu walau PQ sudah setor ke Gusdur, toh masih diingkari janji. Tapi belakangan, nyatanya Gusdur , walaupun hanya dengan cuap- cuap, tetap membela Ahmadiyah. Jadi mungkin “kebaikan PQ” yang dulu itu baru berbuah sekarang, ujar PQ dgn senyum .(Hw/TTS/nkhas/FD/aadp)

H.Suhadi , Ketua JAI Yogya 1990an- Ternyata “Sang Pencipta Hymne UIN”

H.Suhadi (kanan) diwawancara Mirajudin Shd Yogya 2009
Catatan : Enkhas 

Setelah WR Supratman Mencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, kini Terbukti – Ketua JAI Yogya 1990an, juga Pencipta Lagu Wajib Universitas Islam Negri (UIN) Se Indonesia.
Teka-teki siapa pencipta lagu Hymne UIN kini terjawab sudah. Adalah H Suhadi (73), seniman asal Yogyakarta, yang menciptakan lagu tersebut di tahun 1960-an.

Bagi masyarakat Yogya­karta, khususnya di kalangan seniman Muslim, nama Suhadi tampaknya sudah tak asing. Ia bukan saja dikenal sebagai komposer dan pencipta lagu-lagu bernafaskan Islam melainkan juga seorang pianis dan konduktor.
Sebagai pencipta lagu-lagu Islami, Suhadi sendiri telah banyak melahirkan karya ciptaannnya. Salah satunya adalah Hymne IAIN yang kemudian dipakai sebagai “lagu wajib” di seluruh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Indonesia. Bahkan, ketika beberapa IAIN berubah menjadi universitas (UIN), lagu tersebut masih tetap diperdengarkan (lihat Berita UIN No 83).
Hanya saja, di beberapa UIN, judul dan  syair sedikit mengalami perubahan. UIN Jakarta misalnya, judul hymne diubah menjadi Hymne UIN, sementara UIN Yogyakarta menjadi Hymne UIN Sunan Kalijaga. Di kedua UIN ini, berdasarkan hasil penelusuran Berita UIN, syair lagu juga sedikit mengalami perubahan. Kecuali di IAIN, seperti IAIN Walisongo Semarang dan IAIN Sunan Ampel Surabaya, semua syair masih tetap sesuai naskah aslinya.
Suhadi menuturkan, Hymne IAIN dikarang tahun 1964 atau pada awal-awal IAIN berdiri dari sebelumnya bernama Akademi Dinas Ilmu Agama atau ADIA. Ceritanya bermula dari sebuah sayembara cipta lagu hymne IAIN yang digelar Departemen Agama. Lagu itu diperuntukkan bagi IAIN, yang waktu itu baru berdiri di dua tempat, yakni Yogyakarta dan Jakarta dengan rektor pertama Prof Drs Soenardjo. 
“Waktu itu saya ikut lomba dan kemudian berhasil memenangkannya,” jelas Suhadi, yang ditemui di rumahnya di kawasan Wirobrajan, DI Yogyakarta, pada 14 Juni 2008 lalu. “Hadiahnya berupa uang sebesar Rp 45.000 dan sebuah piagam ha...ha...ha...,” lanjutnya seraya tertawa.
Dalam sayembara itu, Suhadi tak hanya diminta mengarang bait-bait syair tapi  sekaligus mengaransemen menjadi sebuah lagu. Namun, agar sejalan dengan visi dan misi IAIN, panitia pun menetapkan beberapa kriteria yang harus termuat dalam semangat lagu hymne tersebut.
Coretan tangan naskah asli Hymne IAIN yang disertakan dalam sayembara itu hingga kini masih tersimpan utuh di rumah Suhadi. Bahkan, ketika Berita UIN meminta untuk menyanyikan bait-bait syair lagu karyanya tanpa membaca naskah, ia pun masih sanggup dan hafal.
Ikut menyaksikan
Kini 44 tahun sudah lagu Hymne IAIN dicipta. Namun, Suhadi sendiri mengaku hampir tak pernah tahu dengan keberadaan lagu ciptaannya itu. Padahal, di seluruh IAIN/UIN di Indonesia, lagu itu masih kerap diperdengarkan, khususnya oleh kelompok paduan suara mahasiswa atau PSM.
Di UIN Jakarta, PSM  selalu memperdengarkannya di setiap ada acara resmi seperti wisuda sarjana, dies natalis, pengukuhan guru besar atau program pengenalan studi dan almamater (Propesa). Hal yang sama, juga dilakukan di UIN Yogyakarta.
Yang menarik, di “kampus orange” ini, setiap ada acara resmi, lagu hymne tak hanya diperdengarkan PSM Gita Savana tapi juga kerap mengundang Suhadi untuk mendengarkan dan menyaksikan langsung. “Saya sempat beberapa kali diundang hadir. Rasanya terharu sekali ketika lagu (hymne) itu dinyanyikan,” kata Suhadi dengan pandangan mata yang berkaca-kaca.
Hymne UIN Sunan Kalijaga sendiri, menurut dia, beberapa bait syairnya kini telah mengalami perubahan, kecuali untuk nada lagu. “Ada beberapa perubahan misalnya pada bait ketiga dari Pembangun jiwa//serta penggali menjadi Integrasikan//interkoneksikan. Selain itu, juga ada penambahan kata “Amin” dan not baru di akhir lagu tersebut,” paparnya dengan nada tetap bersemangat meski usianya kini mulai beranjak senja.
Meski ada perubahan, sebagai pencipta, Suhadi toh masih tetap bangga. Pasalnya tak lain karena lagu yang dinyanyikan dengan andante espressivo itu digubah oleh dirinya sendiri. “Perubahan itu dilakukan tahun 2004 atas permintaan pimpinan UIN Yogyakarta,” jelasnya.  
Menurut Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Yogyakarta Dr Maragustam, syair Hymne UIN Sunan Kalijaga memang sedikit mengalami perubahan sesuai dinamika dan perkembangan kampus UIN Yogyakarta. Namun, pihaknya sendiri tak mengetahui secara persis bagaimana sejarah perubahan lagu itu.
“Saya sebetulnya tidak mengetahui banyak tentang lagu hymne itu,” ujarnya singkat saat dihubungi di kampus UIN Yogyakarta.  (sumber : www.uinjkt.ac.id/  penulis, Nanang Syaikhu, Kamis, 03 Juli 2008 12:06)

14/11/11

Ironi : 28 Cabang JAI “Minus” Tak Satupun Potong Hewan Qurban!

JAI Manislor, Iedhul Qurban 2011 ini, Potong Kurban 8 Sapi dan 88 Kambing , setara Dengan 145 Ekor Kambing.

Laporan : Abd Munim

Tahukah anda, bahwa JAI Manislor dalam kesempatan Iedhul Adha 2011 ini, memotong Qurban Sapi 8 ekor dan 88 ekor kambing. Jumlah ini , jika disetarakan dengan harga kambing, maka angkanya sama dengan 145 ekor kambing.

Kita bersyukur atas prestasi Pengorbanan Manislor, tentu saja. Karena jika dibanding dengan JAI Pusat, Kemang- Mubarak, yang hanya memotong 3 ekor sapi dan 20 kambing, atau di JAI Bogor yang termasuk Cabang besar dan “lebih Tua” pun, hanya memotong 3 ekor sapi dan 9 ekor kambing.

Sayangnya, seperti yang dimonitor  Umur Amah, sekurangnya ada 28 JAI Lokal se Indoneia yang  belum satupun mampu memotong hewan Qurban. “Jadi, usai sholat Iedhul Adha, di sejumlah JAI “Minus” tadi – para Ahmadi ya langsung pulang ke rumah masing-masing, karena tak ada acara potong Qurban”, ujar Munim.

Tahun depan, delam kesempatan Qurban, marilah kita bantu saudara-saudara kita di JAI minus tersebut. “InsyaAllah Qodir!”, tambah Mas Munim.

Lebih baik lagi kalau bantuan tersebut direalisasikan dari sekarang, dalam bentuk pemberdayaan ekonomi di lingkungan JAI “minus” seperti di  wilayang Palembang Sumsel, Palangkaraya,  Kendari, Alor NTT, Wonosari Gunung Kidul, Sebambam –Kalsel, Lebaksari dll. Sehingga, jika ekonomi di wilayah JAI termaksut meningkat maju, tahun depan tanpa dikirim kambing pun, mereka sudah bisa membeli sendiri dan ikut  merayakan Iedhul Qurban. (kk/am)

12/11/11

Donor Darah Besar Siswa Islam USA Menghormati Korban 9 / 11

Diselenggarakan untuk menghormati nyawa hilang pada 9 / 11,  setelah ulang tahun ke 10, "Muslim for Life" yang disponsori oleh Palang Merah Amerika dan Komunitas Muslim Ahmadiyah Amerika Serikat, organisasi Amerika-Muslim yang pertama.

Staten Island, NY - Sebuah ajaran Islam menyatakan, "Barangsiapa menyantuni kehidupan satu orang, berarti- seolah-olah ia telah menyelamatkan kehidupan seluruh umat manusia."
Para Wagner Sekolah Ikatan Mahasiswa Islam (MSA) membantu menyelamatkan nyawa 30.000 orang kemarin sore ketika mereka mengadakan donor darah di kampus Bukit Grymes.

Acara ini merupakan bagian dari proyek nasional yang disebut "Muslim for Life," proyek yang didedikasikan untuk menghormati 3.000-plus kehidupan yang hilang dalam serangan teroris 11 September. "Muslim for Life" berencana untuk mengumpulkan 10.000 unit darah nasional yang akan digunakan untuk menyelamatkan nyawa 30.000 orang.

Diselenggarakan untuk menghormati nyawa hilang pada 9 / 11 setelah ulang tahun ke 10, "Muslim for Life" yang disponsori oleh Palang Merah Amerika dan Komunitas Muslim Ahmadiyah Amerika Serikat, organisasi Amerika-Muslim yang pertama.
Staten Islander dan Wagner SMP kimia utama Bareah Alam adalah anggota MSA di kampus Wagner, dan mendedikasikan waktu dan energi untuk mengorganisir acara selama tiga bulan terakhir. "Aku mungkin telah menghabiskan lebih banyak waktu perencanaan ini daripada mengerjakan pekerjaan sekolah saya, tapi itu OK, saya akan bangkit kembali," katanya.

Menurut Ms Alam, "Muslim for Life" akan membantu organisasi untuk menjelaskan cahaya yang positif pada agama Islam dan mengurangi prasangka terhadap komunitas Muslim yang muncul sebagai akibat dari serangan 9 / 11.

"Kampanye ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa Islam mempromosikan kesucian hidup yang umum untuk semua agama dan untuk menyampaikan, ajaran sejati damai Islam," jelasnya.

Noor Hussain, sejarah SMP utama dan presiden MSA di Wagner menambahkan, "Ini bagus karena menunjukkan bahwa tidak semua Muslim teroris. ... Hal ini menunjukkan orang-orang bahwa kita tidak mendukung terorisme dan Al-Qaeda."

Senior Kevin Austin menganggap dirinya menjadi "donor biasa" ketika datang untuk memberikan darah, tetapi juga mendukung "Muslim for Life" proyek. "Saya rasa ini adalah tindakan komunitas besar untuk memerangi orang-prasangka terhadap keyakinan Muslim," ia menjelaskan.
Dalam sebuah e-mail dikirim ke mahasiswa mempromosikan donor darah, itu secara khusus menunjukkan bahwa "Anda tidak harus muslim untuk berpartisipasi dalam donor darah!"


Elizabeth Pesce sedang dalam perjalanan kembali dari ujian ketika dia berhenti ke Yayasan Hall untuk memberikan darah. "Saya mendukung dan menyukai kenyataan bahwa mereka yang di dalam iman untuk alasan yang tepat sebenarnya dapat bersatu," katanya. (Staten Island Advance / Marissa DiBartolo)
Elizabeth Pesce, seorang Kristen berlatih, sedang dalam perjalanan kembali dari ujian ketika dia berhenti ke Yayasan Hall untuk memberikan darah. "Saya mendukung dan menyukai kenyataan bahwa mereka yang di dalam iman untuk alasan yang tepat sebenarnya dapat bersatu," jelasnya.

"Kami prihatin tentang kesejahteraan semua orang, bukan hanya sesama Muslim kami," tambah Ms Hussain.

Wagner Sekolah Provost dan Wakil Presiden Urusan Akademik Lily McNair membuat penampilan di acara tersebut. "Saya kira acara ini menunjukkan bagaimana Asosiasi Mahasiswa Muslim begitu terhubung ke komunitas kita dan dunia kita," katanya. "Acara ini adalah untuk memberikan kehidupan, inilah cara yang lebih baik untuk menunjukkan kasih sayang dan komitmen daripada mengatur sesuatu seperti ini." (Sumber :
Ahmadiyah Times | Berita Watch | US Meja /Source / Kredit: Staten Island muka /Dengan Marissa DiBartolo | 20 Oktober 2011 )


Tabligh Lele Sangkuriang Model Kalimantan Barat

Laporan : Iskandar Ahmad Gumay

Kalbar, SA Online, Nov 2011
Petak-petak kolam terpal berukuran 3 x 4 m berjajar rapi didepan rumah misi Bengkayang.  Dalam kolam yang berjumlah 12 buah dan berair warna hijau pekat itu, ribuan benih lele Sangkuriang dengan berbagai ukuran berenang kian kemari. Mulut-mulut kecilnya timbul tenggelam mengambil udara dipermukaan kolam. Pada waktu makan tiba, saat pelet ditebar maka pesta dimulai. Ikan-ikan bergerombol memperebutkan jatahnya pada hari itu, saling berlomba. Sungguh pemandangan yang sangat mengasikkan.

Ternyata tidak hanya seru memperhatikan pergerakan benih-benih lele, yang sekarang ini menjadi primadona dikalangan para pengusaha lele. Mengamati pergerakan lele Sangkuriang di Kalbar juga menarik untuk kita simak.

Lele Sangkuriang merupakan lele jenis unggul, turunan dari lele dumbo yang masuk ke Indonesia pada tahun 1985. Lele dumbo yang dulu merajai dunia perlelean di Indonesia saat ini  tengah turun pamor dan kualitas. Hal ini karena perkawinan dan persilangan yang dilakukan sembarangan, termasuk menggunakan indukan yang berkualitas rendah.  

Untuk mengatasi permasalahan ini, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi kemudian melakukan berbagai penelitian dan rekayasa genetic terkait lele dumbo. Hasilnya lahirlah “lele Sangkuriang” yang berkualitas seperti lele dumbo dimasa awal datang keIndonesia. Lele Sangkuriang ini istimewa karena tingkat produksinya lebih tinggi, panen lebih cepat, pengembangannya lebih singkat, daya tetas dan kemampuan bertelur lebih tinggi, lebih tahan penyakit dan kualitas daging lebih unggul. Karena dibudidayakan secara organic maka rasa dagingnya pun lebih enak dan sehat.

Didaerah Jawa mungkin lele Sangkuriang  ini sudah tidak asing, tapi di Kalbar lele Sangkuriang belum banyak dikenal. Cerita punya cerita, Bapak Al-Fitri, Nazim Anshorullah Kalbar, seorang putra daerah yang lama merantau ke Jawa, tengah putar otak untuk memajukan tanah kelahirannya. Tidak hanya dari sisi ekonomi tapi juga dari sisi kejemaatan. Bertemulah kedua sisi tersebut  via internet. Rupanya apa yang menjadi harapan Pak Fitri sedikit banyak bisa dipenuhi oleh sang lele. Bagaimana caranya? Setelah dikaji ternyata usaha ini tidak hanya mempertimbangkan faktor bisnis semata tapi juga mengandung unsur pemberdayaan masyarakat sehingga dapat digunakan sebagai amunisi pertablighan.

Untuk mewujudkan mimpinya, pak Fitri menimba ilmu ke Megamendung, Bogor, berguru pada master lele Sangkuriang, Abah Nasrudin. Setelah mengikuti pelatihan disana, misipun dimulai. Modal dihimpun dan perencanaan dilakukan. Pak Fitri  kemudian berkoordinasi dengan Bapak Amir Nasional dan Mubaligh Wilayah Kalbar yang saat itu dipegang oleh Mln. Iskandar gumay. Lalu dipilihlah cabang Bengkayang  yang berjarak 180 KM  dari Pontianak sebagai pilot project lele Sangkuriang ini. 

Berbagai perlengkapan dan peralatan disiapkan, lalu bekerjasama dengan mubaligh, pengurus dan anggota Bengkayang, dibangunlah kolam-kolam dari terpal untuk sang lele dilahan milik Jemaat, tepatnya didepan rumah misi. Indukan sebanyak 2 paket yang berisi 32 ekor ikanpun didatangkan dari sang master. Proses pengembangbiakan dan pemeliharaan dilakukan.
Ternyata berbagai tantangan menghadang. Separuh lebih dari jumlah indukan yang ada mati karena cuaca yang ekstrim disana. Namun dengan semangat membaja, berbagai upaya dan inovasi terus dilakukan sambil terus berkoordinasi dengan sang master serta diiringi doa yang tidak pernah putus. Akhirnya indukan-indukan yang tinggal berjumlah 13 ekor itu mampu bertahan, beradaptasi dan berkembang biak. Walaupun dalam kondisi yang tidak ideal, pemijahan pertama berhasil dilakukan. empat puluh ribu anakan berhasil lahir dan kini dikembangkan. 

Dengan penuh ketekunan dan kerja keras, roda bisnispun mulai berputar. Tidak perlu menunggu lama, dalam waktu kurang dari dua bulan permintaan benih mulai berdatangan baik dari Bengkayang sendiri maupun dari daerah lain, seperti Singkawang dan Pontianak. Dengan harga Rp. 300/ekor, persediaan benih yang ada laris manis. Padahal usaha ini belum diekspose, plang usaha saja belum dipasang  tapi permintaan membanjir.   

Demikian pula hal nya dengan roda pertablighan, seiring dengan semakin populernya lele Sangkuriang di Bengkayang, nama Ahmadiyahpun tidak dapat dipisahkan daripadanya. Berbagai pihak tertarik untuk datang. Mulai dari hanya ingin tahu dan penasaran, bagaimana mungkin ada lele bisa berkembang didaerah ekstrem seperti Bengkayang, dengan niat ingin belajar, berbisnis hingga yang ingin menjalin kerjasama pun semua ada. 

Yang datangpun dari berbagai kalangan, mulai dari RT, RW, lurah, camat, pihak kepolisian, Dinas Perikanan, tokoh-tokoh adat dayak hingga Bupati Bengkayang mengirimkan wakilnya untuk datang menyambangi rumah misi tempat lele Sangkuriang berada. Mereka sangat gembira, menyambut baik dan sangat mendukung usaha ini. Apalagi setelah mereka tahu bahwa usaha tersebut tidak hanya bisnis semata karena kemudian akan memberdayakan masyarakat, tidak hanya sekitar rumah misi tapi dengan ruang lingkup yang lebih luas. 

Pak Fitri siap melatih siapa saja yang ingin berusaha dibidang ini. Tidak hanya itu, pendampinganpun akan dilakukan mulai dari membuat perencanaan, membuat kolam, pemeiliharaan hingga panen. Bahkan untuk benih, para pengusaha boleh mengambil dulu secara gratis dan baru akan dibayar setelah panen (45 hari). 

Disinilah tabligh bil hal tengah dilakukan dan sedikit demi sedikit menampakkan buahnya. Tidak hanya membuat orang yang dulunya anti dengan keberadaan Ahmadiyah di Bengkayang lalu berubah menjadi lebih ramah, tapi juga membuat orang-orang berdatangan sehingga rabtah yang dulu sulit dilakukan tidak lagi dirasakan.  Selain itu, membantu peningkatan kualitas ekonomi masyarakat sekitar dan membawa manfaat bagi lingkungan  tentu membawa dampak yang baik pula bagi Jemaat. Amin.

06/11/11

JAI Tangerang Sembelih Kurban di Taman Cibodas

Tangerang , SA Online  Nov 2011
3 ekor sapi dan 9 ekor kambing  dipotong dalam Idhul Qurban 2011 , oleh  Panitia Qurban JAI Tangerang. Zaim Ansharullah Tangerang , Drs Saefullah, menjelaskan, bahwa sebagian  hewan Qorban disembelih di Masjid Warung Mangga, dan sebagian lagi di Taman Cibodas. 

Hal ini dilakukan , karena sikon Masjid Tangerang yang lokasinya “sempit”, tidak kondusip lagi untuk  teknis penyembelihan dan pembagian daging Qurban.

Ketua Panitia Qurban JAI Tangerang. Yulius Ahmad Bashir,  membenarkan kebijakan  teknis pelaksanaan Qurban  tersebut.

JAI Kemang dan Bogor sama-sama Potong 3Sapi
Sementara Malik Atiaz, Redaktur Suara Ansharullah, melaporkan  bahwa,  di JAI Kemang dan JAI Bogor sama-sama memotong 3 ekor sapi.

Bedanya, kalau di Kemang ditambah 20 ekor Kambing, sedangkan di JAI Bogor juga dipotong 6 ekor kambing. Keterangan ini juga di benarkan Yudi, seksi pembelian binatang korban di Bogor.

Di JAI Tangerang Proses pemotongan sampai pembagian kurban- dimulai jam 9 pagi, dan berakhir jam 2 siang. Sedangkan di Bogor juga menjelang jam 2 siang baru selesai. (kk/yd/ma/sf)