27/12/11

Jalsa Salana ke120 Komunitas Muslim Ahmadiyah dimulai di Qadian


Oleh: Maqbool Ahmed

Senin, 26 Desember, 2011
QUADIAN:: The 120 Jalsa Salana dari Komunitas Muslim Ahmadiyah dimulai di sini dengan doa-doa khusus di Qadian. Maulana Hakeem Muhammad Din, Presiden Sadr Anjuman Ahmadiyah Bharat tuan rumah "Lawae-Ahmadiyah" di tanah Ahmadiyah pukul 10 pagi

Pada kesempatan ini Partap Singh Bajwa MP menyambut peserta Jalsa Salana. Dia juga menyapa Pakistan Jalsa Peserta Salana. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa itu adalah keinginan bahwa tidak boleh ada pembatasan visa. Dan Indo-Pakistan orang bepergian tanpa formalitas visa.

Setelah upacara bendera hosting yang dia memimpin jalsa tersebut. Setelah pembacaan Al-Qur'an Suci Maulana Muhammad Hakeem Din mengatakan dalam pidatonya bahwa tujuan utama dari konvensi ini adalah untuk memungkinkan setiap individu untuk secara pribadi pengalaman tulus manfaat agama, Mereka dapat meningkatkan pengetahuan mereka dan karena mereka menjadi diberkati dan diaktifkan oleh Allah yang ditinggikan persepsi mereka dapat berkembang. Diantara manfaat sekunder adalah bahwa pertemuan jemaat bersama-sama akan mempromosikan saling pengenalan antara semua saudara dan akan memperkuat ikatan persaudaraan dalam komunitas ini.


Setelah pidato perdana ribuan Muslim mengambil tangan mereka untuk berdoa bagi keberhasilan jalsa. Kaleem Maulana Ahmad Khan misionaris incharge New Delhi membaca pidato Maulana Muhammad Umar pada topik "Keberadaan Allah Yang Mahakuasa". Maulana Zaheer Ahmad Khadim menyampaikan kuliah tentang "Kehidupan Nabi Muhammad SAW". Pada kesempatan ini Partap Singh Bajwa MP menyambut peserta Jalsa Salana. Dia juga menyapa Pakistan Jalsa Peserta Salana. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa itu adalah keinginan bahwa tidak boleh ada pembatasan visa. Dan Indo-Pakistan orang bepergian tanpa formalitas visa.

Pada kesempatan ini 5116 Pakistan diberikan visa oleh rumah pelayanan. Tiga hari konvensi akan diakhiri pada 28 Desember Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih akan menyampaikan pidato pada sesi penutup dari London melalui televisi Muslim Ahmadiyah.
(Ahmadiyah Times| Berita Watch | Int'l Meja/Source / Kredit: Punjab Newsline Jaringan
Oleh: Maqbool Ahmed | 26 Desember 2011)

26/12/11

Seminar dan Bhakti Sosial Buah Raftah Yogyakarta

Laporan: Nanang Sanusi

Mln.Nanang Sanusi (kedua dari kiri) ditengah Narasumber lainya, saat Seminar Lintas Agama di Universitas Atmajaya
Dua kegiatan penting, memadati aktivitas Raftah , sebagai buah komunikasi social para Pengurus dan anggota JAI Yogyakarta, berlangsung November 2011 yang lalu. Seminar Lintas Agama di Universitas Atmajaya dan Pengobatan Homeopathy di Gunung Pring, dirangkum singkat namun padat oleh Mubaligh  berdarah Banten- yang juga lama bertugas di Makasar dan Kalimantan itu.(Red)

Narasumber pada Seminar Lintas Agama di UAJ Yogyakarta
Pada hari Rabu, 16 Nopember 2011 Lembaga Belajar Mahasis (LBM) Universitas Atma Jaya Yogyakarta telah menyelenggarakan sebuah Seminar Lintas Agama dengan Tema "Keharmonisan Dimulai dari Saling Menghargai". 

Dalam Seminar ini hadir di undang 3 narasumber yaitu, DR. Martinus Sardi dari Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, Yudhit Lim, MA. dari Universitas Satya Wacana Salatiga dan Nanang Sanusi, Muballigh Jema'at Ahmadiyah Indonesia Wilayah DIY. Pada kesempatan ini Mln.Nanang Sanusi telah memaparkan materi seputar "Persekusi terhadap Ahmadiyah, Penyebabnya dan Solusi Hidup Harmoni". 

Para hadirin peserta Seminar yang memenuhi ruang Audisi UAJY tempat diselenggarakannya Seminar ini, yang berjumlah sekitar 200 orang yang kebanyakan para Mahasiswa, sangat antusias mengikuti acara. Cukup banyak pertanyaan diajukan pada sesi tanya-jawab, termasuk pertanyaan seputar kisruh Ahmadiyah di Indonesia.

Bakti Sosial Pengobatan Homeopathy
Sebagai salah satu buah dari kegiatan Rabtah yang selama ini diupayakan, Jema'at Yogyakarta bekerja sama dengan Komunitas Masyarakat Gunung Pring, telah menyelenggarakan kegiatan Bakti Sosial Pengobatan Homeopathy di Desa Gunung Pring - Muntilan - Magelang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, Sabtu-Minggu, 26-27 Nopember 2011 bertempat di Gedung Serbaguna Desa Gunung Pring. 

Masyarakat nampak begitu antusias dalam menyambut dan memanfaatkan kegiatan ini, tidak hanya masyarakat penduduk Desa Gunung Pring, tetapi juga masyarakat penduduk dari Desa tetangga pun turut datang berbondong-bondong untuk berobat. Pada hari pertama kegiatan, Tim agak kewalahan dan sedikit panik karena kegiatan baru berlangsung sampai pukul 01.00 siang persediaan globul sudah hampir habis. 

Alhamdulillah, masalah dapat segera diatasi dengan adanya kiriman tambahan globul pesanan yang segera tiba, dan sampai sore hari terakhir, minggu, 27/11/11, telah berhasil dilayani sebanyak 470 orang pasien. Penyelenggaraan kegiatan ini didukung pula oleh 5 orang tenaga Homepath dari DHN Pusat,yaitu, Dr. Acha, Ir. Elon, Ibu Nurbaeti, Ibu Ani Anwar dan Mba Alin Maemunatunisa, di tambah dengan tenaga Homepath dari Surabaya, Pak Bambang Sutarto, yang juga turut bergabung mendukung kegiatan ini. 

Bapak Kepala Desa dan Tokoh-Tokoh masyarakat Gung Pring menyampaikan ucapan terimasih atas atas terselenggaranya Bakti Sosial Pengobatan Homeopathy ini, yang menurut beliau-beliau begitu berkesan, dan mengaharapkan kegiatan ini tidak dilaksanakan hanya kali ini saja, tetapi juga di masa yang akan datang. Mohon do'a semoga kegiatan tersebut diberkati Allah SWT dan benar-benar memberi manfa'at.(ns/kk)

25/12/11

Rapat Majlis Ansharullah Wilayah DIY


Laporan : Nanang Sanusi
Pertemuan Rapat Majlis Ansharullah Wilayah DIY, alhamdulillah telah diselenggarakan pada hari minggu, 25 Desember 2011, di mulai pukul 10.00 s/d 13 bertempat di Aula ARH Jema'at Yogyakarta, Jln. Atmosukarto no. 15.

Rapat ini diselenggarakan atas prakarsa Bpk. Ir.H.Ahmad Saifudin Mutaqi,MT, selaku Nazim Wilayah yang baru di tunjuk pada awal periode kerja baru Majlis Ansharullah, dalam rangka "Pembekalan Program Kerja Tahun 2012".

Dalam kesempatan tersebut Bapak Nazim telah memaparkan poin-poin Program Kerja Bidang Tabligh,Ta'lim,Tarbiyat dan Maal Majlis Ansharullah Tahun 2012. Rapat Wilayah ini diharapkan dapat menjadi penyemangat bagi Majlis Ansharullah Wilayah DIY khususnya, di awal periode kerja baru dengan Nazim Wilayah baru, dalam rangka melaksanakan tugas-tugas pengkhidmatan ke depan, insya Allah, aamiin.

Dari data absensi- Rapat ini dihadiri sebanyak 15 orang Anshar dari Yogyakarta, Piyungan dan Gunung Kidul. Hadir pula Bapak Muballigh Wilayah dan Bapak Muballigh Gunung Kidul. Wassalam.

09/12/11

Resep Cantik dan Kasep Versi MLN MIRAYUDIN


Catatan: drh Anwar Saleh
Selasa, 12/7-2011,  Mln Mirayudin menceritakan kepada Penulis beberapa penglamannya sbb.:

1.  Cantik dan Kasep
Nasehat dari seorang sahabat Masih Mau’ud a.s., Master Ata Muhammad r.a. Beliau juga seorang guru yang mengajarbahasa Urdu khusus untuk orang-orang asing di Jamiah Ahmadiyah Rabwah di Kelas Mumahidah (Kelas persiapan masuk). Beliau bilang kalau tuan ingin punya anak cantik dan cakap-cakap, isteri tuan sejak awal hamil, tiap pagi minum susu murni dicampur kuning telur ayam kampung. Insya Allah anak-anak tuan akan cantik-cantik dan kasep-kasep. Semoga ini bisa diamalkan oleh ibu-ibu kita semua dan kita semua.


2.  Mungil dan Ramping

Kata Pak Mln Slamet (Mubaligh yang bertugas di Papua Timur), beliau berceritera bahwa ketika tugas di Vietnam jarang sekali melihat wanita gemuk. Setelah diteliti, ternyata setiap masakan apa pun selalu pakai jeruk nipis.

Makanya dr. Sudrajat memberi nasehat, setelah makan daging, apalagi sate, minumnya harus minum air jeruk untuk menetralisir lemak-lemaknya.

3.  Sehat karena Tahajjud.

Menurut Penelitian seorang Muballigh yang lama bertugas di Afrika, Mln Basyarat Basyir (dulu tahun 1968 pernah ke Indonesia mendampingi Mia Rafiq Mubarak), beliau waktu memberi ceramah di Jami’ah Rabwah, beliau pernah mengatakan, menurut penelitian saya, orang yang rajin tahajjud, jarang terserang penyakit jantung, coba kalian teliti.

CERITA   PAPUA

Selasa,, 12/7 – 2011, Mln Mirayudin cerita tentang sehat, ramping, kasep dan cantik. Pada tanggal yang sama seorang Muallim di Papua Barat cerita kepada Penulis via telepon genggam tentang nenek moyang orang Irian. Dua ceita ini, karena datang  pada tanggal yang sama, perlu dipadukan menjadi satu.

Sebelum dipadukan, kita simak dulu cerita dari Papua Barat. Nama Muallimnya “Hamid” dan isterinya bernama Rostina. Pertama kali Rostina melaporkan ke Paman (Penulis), tentang kelahiran putera ke-dua dan mohon do’a. Selanjutnya cerita tentang bai’atnya  beberapa orang Papua Barat tahun 2011, termasuk seorang Kepala Suku.  Kepala suku itu bernama Syukur Agasar dari Suku Irarutu yang bai’at karena melihat syarat bai’at dan mimpinya melihat Huzur. Jumlah orang Papua asli yang bai’at ke dalam Ahmadiyah sudah 20 orang yang dimulai tahun 2001.

Ketika ditanya ke Pak Hamid, apa arti dari kata Papua, tolong ditanya kepada orang-orang tua. Didapat jawaban, Papua itu berarti “Pulau Nenek Moyang”. Lalu ditanya lagi apa ada pesan Nenek Moyang turun menurun dalam cerita masyarakat, tolong ditanyakan juga kepada orang-orang tua. Tak lama kemudian datang jawaban:

“Ada Pak, pesan nenek moyang itu: Saya pergi, nanti saya datang tahun 2000.”

Kata Pak Hamid, benar itu artinya kedatangan Huzur IV atba, Hdh. Mirza Taher Ahmad ke Indonesia tahun 2.000. Dan mulai tahun 2001, orang-orang Papua asli mulai bai’at masuk Ahmadiyah. Aneh, tapi nyata!
Supaya sehat, ramping, kasep-kasep dan cantik-cantik, ikuti saja  cerita Mln Mirayudin di atas. Selamat mengamalkan.

Dalam waktu tidak lama lagi Mln. Mirayudin akan bertugas di Papua Nuguinea, menggantikan Mln. Khaerudin Barus Shd. alm.  Semoga dengan demikian warga Pulau Nenek Moyang (Papua Barat dan Papua Timur) itu akan semakin banyak yang menjadi kasep-kasep rohani dan jasmaniahnya. Amiin.

Balaigana, rumah hantu yang berberkah


From: Iskandar Gumay
Nama cabang Balaigana mungkin terasa asing bagi sebagian besar warga Jemaat di Indonesia. Hal ini dikarenakan Balaigana memang baru saja resmi menjadi cabang pada bulan Maret 2010 yang lalu. Sungguh usia yang masih sangat muda.

Balaigana terletak diwilayah Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Tepatnya berada ditengah pemukiman suku Dayak berjarak 500 kilometer dari Ibukota Pontianak. Bagi mereka yang mengerti arti Balaigana pasti akan merasa penasaran. Bagaimana tidak, Balaigana berasal dari kata Balai yang artinya rumah dan Gana yang berarti hantu. Konon dahulunya Balaigana dikenal sebagai “kampung angker” tempat hantu bergentayangan.

Ditilik dari lokasinya, Balaigana memang terletak ditengah hutan belantara Kalimantan Barat yang terisolir, selain itu Balaigana juga “ditakuti” karena suku Dayak sebagai warga asli mengganggapnya sebagai salah satu tempat yang bertuah.

Jemaat Ahmadiyah masuk ke Balaigana tepatnya pada tahun 2004 melalui pertablighan yang dilakukan para Dai Ilallah dari Sintang dan Pontianak. Proses masuknya warga jemaat Balaigana ini bukanlah sebuah perkara yang mudah, melainkan melalui proses perdebatan dan diskusi yang panjang. Hanya dengan karunia Allah Taala semata, akhirnya terbentuklah jemaat kecil yang solid, semangat dan penuh kecintaan.

Namun sebagaimana jemaat didaerah lain yang mengalami penentangan, demikian pula halnya dengan Balaigana. Berbagai ujian dialami oleh anggota jemaat ini bahkan sebelum terbentuk menjadi sebuah cabang.  Pada tahun 2004 lalu, pada saat masih menjadi kelompok binaan dari cabang Sintang, Masjid dan rumah misi di Balaigana pernah dihancurkan massa hingga rata dengan tanah, bahkan mubaligh yang bertugas ditempat ini dipukuli hingga babak belur.

Tidak hanya itu, berbagai tindakan intimidasi juga sering dirasakan oleh para anggota, yang intinya masyarakat ghair setempat tetap menginginkan agar anggota jemaat kembali kepada ajaran Islam yang umum mereka anut. Namun para anggota jemaat Balaigana tetap bersabar dalam menghadapi ujian tersebut dan menjalani keimanan terhadap Imam Mahdi as. dengan penuh istiqomah.

Setelah lima tahun berlalu, anggota Balaigana yang telah lama merindukan kembali tempat berkumpul untuk beribadah dan menjadi pusat kegiatan jemaat, bersepakat untuk  membangun sebuah surau. Walaupun paham dengan segala konsekuensinya, para anggota membulatkan tekad dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.

Dengan berbekal semangat kecintaan, para anggota secara swadaya bahu membahu untuk mewujudkan keinginan tersebut. Dengan sedikit bantuan dari cabang-cabang lain diwilayah Kalbar, akhirnya surau sederhana itu berdiri. Bertembokan kayu, beratapkan seng  dan beralaskan semen, ruangan berukuran 6 x 6 itu tampak seperti rumah biasa.

Bahkan tidak ada kubah layaknya sebuah surau, namun dibagian dalam ruangannya ditata sedemikian rupa menyerupai sebuah tempat ibadah. Dengan mimbar dibagian depan dan hamparan sajadah yang berjajar rapi. Sungguh sederhana namun sungguh istimewa karena merupakan buah kecintaan dan pengorbanan dari semuanya. Dengan adanya surau tersebut, para anggota semakin terpacu dalam keaktifan. Semua berlomba-lomba untuk memakmurkan surau yang diberi nama “Shiratul Imam” tersebut. Berbagai kegiatan dilakukan, mulai dari sholat berjamaah, pengajian, pembinaan mubayyin baru, pra madrasah dan sebagainya.

Hal ini kemudian memancing kembali rasa tidak suka sebagian masyarakat yang anti terhadap jemaat. Melihat berbagai kemajuan yang dicapai oleh jemaat Balaigana, mereka menjadi semakin gerah. Apalagi pada awal Juni 2010 cabang Balaigana mendapatkan karunia untuk dikunjungi oleh Bapak Amir Nasional. Ujian ketaqwaan bagi para anggotapun dimulai kembali.

Pada saat kunjungan tersebut tiga orang intel datang untuk melakukan koordinasi. Rupanya tidak jauh dari surau telah berkumpul sekitar 30 orang yang bersiap untuk melakukan huru hara, membubarkan acara pertemuan dan merusak surau. Keadaan sempat tegang. Namun berkat karunia Allah taala kondisi menjadi aman berkat keteguhan para anggota Jemaat yang memperlihatkan semangat dan jiwa pantang mundur yang luar biasa. Saat itu rombongan Bapak Amir dan Mubwil dijaga ketat oleh tim sepeda motor yang terdiri dari beberapa orang khudam dan anshor sebagai voorider yang mengawal Bapak Amir keluar dari Balaigana.

Sementara sebagian anggota lainnya berjaga-jaga disurau. Doa dan sholawat tidak terlepas dari bibir para anggota pada saat itu. Disisi lain para ghair yang sudah berkumpul menjadi ciut “nyalinya” setelah melihat keteguhan dan keberanian warga jemaat dalam melindungi orang nomor satu di Jemaat Ahmadiyah Indonesia ini. Akhirnya warga urung melakukan tindakan anarkis. Sungguh pemandangan yang sangat mengharukan.

Rupanya ujian keimanan tidak berhenti sampai disitu. Dua hari sejak kepulangan Bapak Amir ke Jakarta, berita mengenai upaya pembongkaran surau di Balaigana diwacanakan dibeberapa media cetak dan elektronik daerah Kalbar. “Jika pemerintah tidak mampu melakukannya, maka kami yang akan bertindak” demikian salah satu ungkapan provokatif yang dikutip dari warga dalam koran harian Tribune Pontianak, 7 juni 2010. Dalam pemaparannya mereka kembali mempersoalkan mengenai keberadaan Ahmadiyah didaerah Balaigana, juga pembangunan surau yang dianggap meresahkan. Segala dalih mereka sampaikan untuk membenarkan upaya mereka tersebut. Untuk itu mereka menginginkan bahwa surau Ahmadiyah tersebut dibongkar oleh Pemerintah, namun bila tidak maka mereka sendiri yang akan melakukannya.

Menyikapi informasi ini Aparat Kepolisian menunjukan keseriusannya dalam bertindak dan alhamdulillah mereka segera menurunkan pasukannya ke Balaigana untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dengan menjaga surau dan mendatangi semua provokator sekaligus “mewarningnya”. Rasa khawatir pihak Kepolisian akan terjadinya pertumpahan darah membuat Polisi bergerak dengan cepat untuk mengadakan dialog.

Dalam pertemuan tersebut disepakati akan adanya pertemuan khusus antara warga jemaat, warga setempat dan pihak-pihak terkait, yang pada intinya polisi menegaskan agar warga tidak main hakim sendiri dan akan menindak tegas siapa saja yang bertindak anarkis. Tidak hanya itu, dengan karunia Allah tanpa diduga Dewan Adat Dayak melalui kepala sukunya memberikan dukungan kepada Jemaat. Mereka menyatakan bahwa apabila terjadi tindak anarkis kepada anggota Jemaat maka mereka akan turun tangan dan akan menyelesaikan hal tersebut secara adat. Mengingat masih kentalnya adat dan budaya suku Dayak sebagai suku asli di Kalimantan Barat, maka dukungan tersebut cukup istimewa artinya dalam kehidupan sosial masyarakat didaerah ini.

Alhamdulillah hingga tulisan ini disusun keadaan di Balaigana kondusif. Terlebih ketika Mln. Ismail Firdaus yang baru 3 bulan bertugas dengan karunia Allah taala dapat mulai menembus masyarakat sekitar dengan pendekatan olahraga sepakbola. Beliau saat ini mendapat kepercayaan menjadi salah satu pengurus tim bahkan diminta untuk membantu melatih.

Sepakbola yang selama ini mati suri Alhamdulillah dapat bangkit kembali, bahkan tim bola setempat dapat ikut serta dalam turnamen sepakbola sekabupaten Sintang. Melihat peluang ini, dengan semangat pengorbanan segenap warga jemaat menyisihkan sebagian hartanya untuk membeli kaos tim dan insya allah atas bantuan Bapak Amir nasional PB akan membantu mengadakan banyak bola dan biaya perbaikan lapangan, berhubung kegiatan latihan tidak hanya difokuskan untuk pemuda namun rupanya untuk usia dinipun tengah diberdayakan. Semoga langkah-langkah sederhana ini mendapat ridho dan karunia dari Allah swt. amin. Dan semoga Balaigana dapat menjadi Balai Harapan bagi masa depan Jemaat Imam Mahdi as. di Kalimantan Barat ini. Amin.

25/11/11

Pandangan Pak Qoyum: “Huzur Ahli Politik”

Untuk Membuka wawasan tentang Dunia Politik, Team APACE ngobrol dengan Ir.Abdul Qoyum, di rumahnya Patra Kuningan Jaksel, beberapa waktu sebelum musim Kampanye Calon Presiden RI 2009 yang lalu. Berikut beberapa petikan obrolan tersebut , yang sudah diedit sesuai keperluan. Sementara dalam catatan ini, nama Ir. Qoyum kami tulis dengan inisial PQ ( Pak Qoyum).

PQ sepakat dengat Apace, bahwa Huzur ke 2 ra. juga Ahli Politik dan dekat dengan kalangan Politik. Begitu juga Huzur ke 4.ra. Berdirinya Pakistan jelas ada keterlibatan besar Khalifah Ahmadiyah, juga  Pemilihan Kepala Negara Pakistan Pertama. PQ juga bilang, baca Man of God!(Buku Karangan Iain Adamson tentang Biografi Huzur4 ra & Jemaat Ahmadiyah) Sama dengan sikap Apace.

PQ cerita, bahwa ada beberapa Ahmadi yang tidak setuju kita meniru cara Huzur ke 2. Dalilnya,kata Ahmadi itu, Huzur kan dapat Wahyu untuk melakukan itu, sementara kita kan tidak.  PQ balik bertanya , lha kalau tidak boleh nyontoh Khalifah , kita disuruh nyontoh siapa? Ujar PQ. Ditimpali celetuk Apace,bukankah semua yang disabdakan Rassullullah, dan kini kita tiru kerjakan, juga berasal dari  Wahyu yang diterima Muhammad saw.?

PQ menggambarkan di Jemaat memang banyak macam orang dengan karakter yang berbeda- beda. Tidak ada yang sempurna. Salah satu yang dicontohkan PQ adalah almarhum Abdul Somad, Ahmadi Jakarta Timur – yang selalu tidak setuju Ahmadi berpolitik. Jadi PQ , katanya, sering kalau ketemu Somad di Masjid selalu menegur setengah menyindir: “ Gimana? Jadi Ahmadi tetap tidak boleh berpolitik -ya?”, ujar PQ sambil tersenyum.

Jangan Musuhi, Dekati Para Tokoh
PQ menggambarkan bagaimana Gusdur adalah orang / Presiden yang tidak konsisten. PQ mengaku orang diluar tim resmi Kabinet, yang pertama kali diajak Gusdur (GD) ,sebagai Presiden, melawat ke Luar Negeri. GD menjanjikan, dalam suatu pertemuan ke PQ, bahwa PQ akan memegang seluruh BUMN dalam masa Pemerintahan Gusdur. Tapi dalam waktu singkat akhirnya PQ Cuma diberi jabatan Dirut PGN. Masih banyak janji-2 lain yang diingkari Gusdur.

PQ berdasarkan asumsinya dengan Gusdur, menganggap GM juga sama saja dengan Gusdur, beda-beda tipis. Tapi prinsipnya kalau ada tokoh yang hanya memanfaatkan JAI, atau pribadi Ahmadi , jangan di musuhi- karena kita akan repot kalau  menghadapi musuh semacam itu, apalagi kalau banyak. Kita harus tetap kontak dan mendekati-siapapun yang pernah membela Jemaat. Satu ketika pasti ada gunanya.

Contohnya , kata PQ, dulu walau PQ sudah setor ke Gusdur, toh masih diingkari janji. Tapi belakangan, nyatanya Gusdur , walaupun hanya dengan cuap- cuap, tetap membela Ahmadiyah. Jadi mungkin “kebaikan PQ” yang dulu itu baru berbuah sekarang, ujar PQ dgn senyum .(Hw/TTS/nkhas/FD/aadp)

H.Suhadi , Ketua JAI Yogya 1990an- Ternyata “Sang Pencipta Hymne UIN”

H.Suhadi (kanan) diwawancara Mirajudin Shd Yogya 2009
Catatan : Enkhas 

Setelah WR Supratman Mencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, kini Terbukti – Ketua JAI Yogya 1990an, juga Pencipta Lagu Wajib Universitas Islam Negri (UIN) Se Indonesia.
Teka-teki siapa pencipta lagu Hymne UIN kini terjawab sudah. Adalah H Suhadi (73), seniman asal Yogyakarta, yang menciptakan lagu tersebut di tahun 1960-an.

Bagi masyarakat Yogya­karta, khususnya di kalangan seniman Muslim, nama Suhadi tampaknya sudah tak asing. Ia bukan saja dikenal sebagai komposer dan pencipta lagu-lagu bernafaskan Islam melainkan juga seorang pianis dan konduktor.
Sebagai pencipta lagu-lagu Islami, Suhadi sendiri telah banyak melahirkan karya ciptaannnya. Salah satunya adalah Hymne IAIN yang kemudian dipakai sebagai “lagu wajib” di seluruh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Indonesia. Bahkan, ketika beberapa IAIN berubah menjadi universitas (UIN), lagu tersebut masih tetap diperdengarkan (lihat Berita UIN No 83).
Hanya saja, di beberapa UIN, judul dan  syair sedikit mengalami perubahan. UIN Jakarta misalnya, judul hymne diubah menjadi Hymne UIN, sementara UIN Yogyakarta menjadi Hymne UIN Sunan Kalijaga. Di kedua UIN ini, berdasarkan hasil penelusuran Berita UIN, syair lagu juga sedikit mengalami perubahan. Kecuali di IAIN, seperti IAIN Walisongo Semarang dan IAIN Sunan Ampel Surabaya, semua syair masih tetap sesuai naskah aslinya.
Suhadi menuturkan, Hymne IAIN dikarang tahun 1964 atau pada awal-awal IAIN berdiri dari sebelumnya bernama Akademi Dinas Ilmu Agama atau ADIA. Ceritanya bermula dari sebuah sayembara cipta lagu hymne IAIN yang digelar Departemen Agama. Lagu itu diperuntukkan bagi IAIN, yang waktu itu baru berdiri di dua tempat, yakni Yogyakarta dan Jakarta dengan rektor pertama Prof Drs Soenardjo. 
“Waktu itu saya ikut lomba dan kemudian berhasil memenangkannya,” jelas Suhadi, yang ditemui di rumahnya di kawasan Wirobrajan, DI Yogyakarta, pada 14 Juni 2008 lalu. “Hadiahnya berupa uang sebesar Rp 45.000 dan sebuah piagam ha...ha...ha...,” lanjutnya seraya tertawa.
Dalam sayembara itu, Suhadi tak hanya diminta mengarang bait-bait syair tapi  sekaligus mengaransemen menjadi sebuah lagu. Namun, agar sejalan dengan visi dan misi IAIN, panitia pun menetapkan beberapa kriteria yang harus termuat dalam semangat lagu hymne tersebut.
Coretan tangan naskah asli Hymne IAIN yang disertakan dalam sayembara itu hingga kini masih tersimpan utuh di rumah Suhadi. Bahkan, ketika Berita UIN meminta untuk menyanyikan bait-bait syair lagu karyanya tanpa membaca naskah, ia pun masih sanggup dan hafal.
Ikut menyaksikan
Kini 44 tahun sudah lagu Hymne IAIN dicipta. Namun, Suhadi sendiri mengaku hampir tak pernah tahu dengan keberadaan lagu ciptaannya itu. Padahal, di seluruh IAIN/UIN di Indonesia, lagu itu masih kerap diperdengarkan, khususnya oleh kelompok paduan suara mahasiswa atau PSM.
Di UIN Jakarta, PSM  selalu memperdengarkannya di setiap ada acara resmi seperti wisuda sarjana, dies natalis, pengukuhan guru besar atau program pengenalan studi dan almamater (Propesa). Hal yang sama, juga dilakukan di UIN Yogyakarta.
Yang menarik, di “kampus orange” ini, setiap ada acara resmi, lagu hymne tak hanya diperdengarkan PSM Gita Savana tapi juga kerap mengundang Suhadi untuk mendengarkan dan menyaksikan langsung. “Saya sempat beberapa kali diundang hadir. Rasanya terharu sekali ketika lagu (hymne) itu dinyanyikan,” kata Suhadi dengan pandangan mata yang berkaca-kaca.
Hymne UIN Sunan Kalijaga sendiri, menurut dia, beberapa bait syairnya kini telah mengalami perubahan, kecuali untuk nada lagu. “Ada beberapa perubahan misalnya pada bait ketiga dari Pembangun jiwa//serta penggali menjadi Integrasikan//interkoneksikan. Selain itu, juga ada penambahan kata “Amin” dan not baru di akhir lagu tersebut,” paparnya dengan nada tetap bersemangat meski usianya kini mulai beranjak senja.
Meski ada perubahan, sebagai pencipta, Suhadi toh masih tetap bangga. Pasalnya tak lain karena lagu yang dinyanyikan dengan andante espressivo itu digubah oleh dirinya sendiri. “Perubahan itu dilakukan tahun 2004 atas permintaan pimpinan UIN Yogyakarta,” jelasnya.  
Menurut Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Yogyakarta Dr Maragustam, syair Hymne UIN Sunan Kalijaga memang sedikit mengalami perubahan sesuai dinamika dan perkembangan kampus UIN Yogyakarta. Namun, pihaknya sendiri tak mengetahui secara persis bagaimana sejarah perubahan lagu itu.
“Saya sebetulnya tidak mengetahui banyak tentang lagu hymne itu,” ujarnya singkat saat dihubungi di kampus UIN Yogyakarta.  (sumber : www.uinjkt.ac.id/  penulis, Nanang Syaikhu, Kamis, 03 Juli 2008 12:06)

14/11/11

Ironi : 28 Cabang JAI “Minus” Tak Satupun Potong Hewan Qurban!

JAI Manislor, Iedhul Qurban 2011 ini, Potong Kurban 8 Sapi dan 88 Kambing , setara Dengan 145 Ekor Kambing.

Laporan : Abd Munim

Tahukah anda, bahwa JAI Manislor dalam kesempatan Iedhul Adha 2011 ini, memotong Qurban Sapi 8 ekor dan 88 ekor kambing. Jumlah ini , jika disetarakan dengan harga kambing, maka angkanya sama dengan 145 ekor kambing.

Kita bersyukur atas prestasi Pengorbanan Manislor, tentu saja. Karena jika dibanding dengan JAI Pusat, Kemang- Mubarak, yang hanya memotong 3 ekor sapi dan 20 kambing, atau di JAI Bogor yang termasuk Cabang besar dan “lebih Tua” pun, hanya memotong 3 ekor sapi dan 9 ekor kambing.

Sayangnya, seperti yang dimonitor  Umur Amah, sekurangnya ada 28 JAI Lokal se Indoneia yang  belum satupun mampu memotong hewan Qurban. “Jadi, usai sholat Iedhul Adha, di sejumlah JAI “Minus” tadi – para Ahmadi ya langsung pulang ke rumah masing-masing, karena tak ada acara potong Qurban”, ujar Munim.

Tahun depan, delam kesempatan Qurban, marilah kita bantu saudara-saudara kita di JAI minus tersebut. “InsyaAllah Qodir!”, tambah Mas Munim.

Lebih baik lagi kalau bantuan tersebut direalisasikan dari sekarang, dalam bentuk pemberdayaan ekonomi di lingkungan JAI “minus” seperti di  wilayang Palembang Sumsel, Palangkaraya,  Kendari, Alor NTT, Wonosari Gunung Kidul, Sebambam –Kalsel, Lebaksari dll. Sehingga, jika ekonomi di wilayah JAI termaksut meningkat maju, tahun depan tanpa dikirim kambing pun, mereka sudah bisa membeli sendiri dan ikut  merayakan Iedhul Qurban. (kk/am)

12/11/11

Donor Darah Besar Siswa Islam USA Menghormati Korban 9 / 11

Diselenggarakan untuk menghormati nyawa hilang pada 9 / 11,  setelah ulang tahun ke 10, "Muslim for Life" yang disponsori oleh Palang Merah Amerika dan Komunitas Muslim Ahmadiyah Amerika Serikat, organisasi Amerika-Muslim yang pertama.

Staten Island, NY - Sebuah ajaran Islam menyatakan, "Barangsiapa menyantuni kehidupan satu orang, berarti- seolah-olah ia telah menyelamatkan kehidupan seluruh umat manusia."
Para Wagner Sekolah Ikatan Mahasiswa Islam (MSA) membantu menyelamatkan nyawa 30.000 orang kemarin sore ketika mereka mengadakan donor darah di kampus Bukit Grymes.

Acara ini merupakan bagian dari proyek nasional yang disebut "Muslim for Life," proyek yang didedikasikan untuk menghormati 3.000-plus kehidupan yang hilang dalam serangan teroris 11 September. "Muslim for Life" berencana untuk mengumpulkan 10.000 unit darah nasional yang akan digunakan untuk menyelamatkan nyawa 30.000 orang.

Diselenggarakan untuk menghormati nyawa hilang pada 9 / 11 setelah ulang tahun ke 10, "Muslim for Life" yang disponsori oleh Palang Merah Amerika dan Komunitas Muslim Ahmadiyah Amerika Serikat, organisasi Amerika-Muslim yang pertama.
Staten Islander dan Wagner SMP kimia utama Bareah Alam adalah anggota MSA di kampus Wagner, dan mendedikasikan waktu dan energi untuk mengorganisir acara selama tiga bulan terakhir. "Aku mungkin telah menghabiskan lebih banyak waktu perencanaan ini daripada mengerjakan pekerjaan sekolah saya, tapi itu OK, saya akan bangkit kembali," katanya.

Menurut Ms Alam, "Muslim for Life" akan membantu organisasi untuk menjelaskan cahaya yang positif pada agama Islam dan mengurangi prasangka terhadap komunitas Muslim yang muncul sebagai akibat dari serangan 9 / 11.

"Kampanye ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa Islam mempromosikan kesucian hidup yang umum untuk semua agama dan untuk menyampaikan, ajaran sejati damai Islam," jelasnya.

Noor Hussain, sejarah SMP utama dan presiden MSA di Wagner menambahkan, "Ini bagus karena menunjukkan bahwa tidak semua Muslim teroris. ... Hal ini menunjukkan orang-orang bahwa kita tidak mendukung terorisme dan Al-Qaeda."

Senior Kevin Austin menganggap dirinya menjadi "donor biasa" ketika datang untuk memberikan darah, tetapi juga mendukung "Muslim for Life" proyek. "Saya rasa ini adalah tindakan komunitas besar untuk memerangi orang-prasangka terhadap keyakinan Muslim," ia menjelaskan.
Dalam sebuah e-mail dikirim ke mahasiswa mempromosikan donor darah, itu secara khusus menunjukkan bahwa "Anda tidak harus muslim untuk berpartisipasi dalam donor darah!"


Elizabeth Pesce sedang dalam perjalanan kembali dari ujian ketika dia berhenti ke Yayasan Hall untuk memberikan darah. "Saya mendukung dan menyukai kenyataan bahwa mereka yang di dalam iman untuk alasan yang tepat sebenarnya dapat bersatu," katanya. (Staten Island Advance / Marissa DiBartolo)
Elizabeth Pesce, seorang Kristen berlatih, sedang dalam perjalanan kembali dari ujian ketika dia berhenti ke Yayasan Hall untuk memberikan darah. "Saya mendukung dan menyukai kenyataan bahwa mereka yang di dalam iman untuk alasan yang tepat sebenarnya dapat bersatu," jelasnya.

"Kami prihatin tentang kesejahteraan semua orang, bukan hanya sesama Muslim kami," tambah Ms Hussain.

Wagner Sekolah Provost dan Wakil Presiden Urusan Akademik Lily McNair membuat penampilan di acara tersebut. "Saya kira acara ini menunjukkan bagaimana Asosiasi Mahasiswa Muslim begitu terhubung ke komunitas kita dan dunia kita," katanya. "Acara ini adalah untuk memberikan kehidupan, inilah cara yang lebih baik untuk menunjukkan kasih sayang dan komitmen daripada mengatur sesuatu seperti ini." (Sumber :
Ahmadiyah Times | Berita Watch | US Meja /Source / Kredit: Staten Island muka /Dengan Marissa DiBartolo | 20 Oktober 2011 )


Tabligh Lele Sangkuriang Model Kalimantan Barat

Laporan : Iskandar Ahmad Gumay

Kalbar, SA Online, Nov 2011
Petak-petak kolam terpal berukuran 3 x 4 m berjajar rapi didepan rumah misi Bengkayang.  Dalam kolam yang berjumlah 12 buah dan berair warna hijau pekat itu, ribuan benih lele Sangkuriang dengan berbagai ukuran berenang kian kemari. Mulut-mulut kecilnya timbul tenggelam mengambil udara dipermukaan kolam. Pada waktu makan tiba, saat pelet ditebar maka pesta dimulai. Ikan-ikan bergerombol memperebutkan jatahnya pada hari itu, saling berlomba. Sungguh pemandangan yang sangat mengasikkan.

Ternyata tidak hanya seru memperhatikan pergerakan benih-benih lele, yang sekarang ini menjadi primadona dikalangan para pengusaha lele. Mengamati pergerakan lele Sangkuriang di Kalbar juga menarik untuk kita simak.

Lele Sangkuriang merupakan lele jenis unggul, turunan dari lele dumbo yang masuk ke Indonesia pada tahun 1985. Lele dumbo yang dulu merajai dunia perlelean di Indonesia saat ini  tengah turun pamor dan kualitas. Hal ini karena perkawinan dan persilangan yang dilakukan sembarangan, termasuk menggunakan indukan yang berkualitas rendah.  

Untuk mengatasi permasalahan ini, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi kemudian melakukan berbagai penelitian dan rekayasa genetic terkait lele dumbo. Hasilnya lahirlah “lele Sangkuriang” yang berkualitas seperti lele dumbo dimasa awal datang keIndonesia. Lele Sangkuriang ini istimewa karena tingkat produksinya lebih tinggi, panen lebih cepat, pengembangannya lebih singkat, daya tetas dan kemampuan bertelur lebih tinggi, lebih tahan penyakit dan kualitas daging lebih unggul. Karena dibudidayakan secara organic maka rasa dagingnya pun lebih enak dan sehat.

Didaerah Jawa mungkin lele Sangkuriang  ini sudah tidak asing, tapi di Kalbar lele Sangkuriang belum banyak dikenal. Cerita punya cerita, Bapak Al-Fitri, Nazim Anshorullah Kalbar, seorang putra daerah yang lama merantau ke Jawa, tengah putar otak untuk memajukan tanah kelahirannya. Tidak hanya dari sisi ekonomi tapi juga dari sisi kejemaatan. Bertemulah kedua sisi tersebut  via internet. Rupanya apa yang menjadi harapan Pak Fitri sedikit banyak bisa dipenuhi oleh sang lele. Bagaimana caranya? Setelah dikaji ternyata usaha ini tidak hanya mempertimbangkan faktor bisnis semata tapi juga mengandung unsur pemberdayaan masyarakat sehingga dapat digunakan sebagai amunisi pertablighan.

Untuk mewujudkan mimpinya, pak Fitri menimba ilmu ke Megamendung, Bogor, berguru pada master lele Sangkuriang, Abah Nasrudin. Setelah mengikuti pelatihan disana, misipun dimulai. Modal dihimpun dan perencanaan dilakukan. Pak Fitri  kemudian berkoordinasi dengan Bapak Amir Nasional dan Mubaligh Wilayah Kalbar yang saat itu dipegang oleh Mln. Iskandar gumay. Lalu dipilihlah cabang Bengkayang  yang berjarak 180 KM  dari Pontianak sebagai pilot project lele Sangkuriang ini. 

Berbagai perlengkapan dan peralatan disiapkan, lalu bekerjasama dengan mubaligh, pengurus dan anggota Bengkayang, dibangunlah kolam-kolam dari terpal untuk sang lele dilahan milik Jemaat, tepatnya didepan rumah misi. Indukan sebanyak 2 paket yang berisi 32 ekor ikanpun didatangkan dari sang master. Proses pengembangbiakan dan pemeliharaan dilakukan.
Ternyata berbagai tantangan menghadang. Separuh lebih dari jumlah indukan yang ada mati karena cuaca yang ekstrim disana. Namun dengan semangat membaja, berbagai upaya dan inovasi terus dilakukan sambil terus berkoordinasi dengan sang master serta diiringi doa yang tidak pernah putus. Akhirnya indukan-indukan yang tinggal berjumlah 13 ekor itu mampu bertahan, beradaptasi dan berkembang biak. Walaupun dalam kondisi yang tidak ideal, pemijahan pertama berhasil dilakukan. empat puluh ribu anakan berhasil lahir dan kini dikembangkan. 

Dengan penuh ketekunan dan kerja keras, roda bisnispun mulai berputar. Tidak perlu menunggu lama, dalam waktu kurang dari dua bulan permintaan benih mulai berdatangan baik dari Bengkayang sendiri maupun dari daerah lain, seperti Singkawang dan Pontianak. Dengan harga Rp. 300/ekor, persediaan benih yang ada laris manis. Padahal usaha ini belum diekspose, plang usaha saja belum dipasang  tapi permintaan membanjir.   

Demikian pula hal nya dengan roda pertablighan, seiring dengan semakin populernya lele Sangkuriang di Bengkayang, nama Ahmadiyahpun tidak dapat dipisahkan daripadanya. Berbagai pihak tertarik untuk datang. Mulai dari hanya ingin tahu dan penasaran, bagaimana mungkin ada lele bisa berkembang didaerah ekstrem seperti Bengkayang, dengan niat ingin belajar, berbisnis hingga yang ingin menjalin kerjasama pun semua ada. 

Yang datangpun dari berbagai kalangan, mulai dari RT, RW, lurah, camat, pihak kepolisian, Dinas Perikanan, tokoh-tokoh adat dayak hingga Bupati Bengkayang mengirimkan wakilnya untuk datang menyambangi rumah misi tempat lele Sangkuriang berada. Mereka sangat gembira, menyambut baik dan sangat mendukung usaha ini. Apalagi setelah mereka tahu bahwa usaha tersebut tidak hanya bisnis semata karena kemudian akan memberdayakan masyarakat, tidak hanya sekitar rumah misi tapi dengan ruang lingkup yang lebih luas. 

Pak Fitri siap melatih siapa saja yang ingin berusaha dibidang ini. Tidak hanya itu, pendampinganpun akan dilakukan mulai dari membuat perencanaan, membuat kolam, pemeiliharaan hingga panen. Bahkan untuk benih, para pengusaha boleh mengambil dulu secara gratis dan baru akan dibayar setelah panen (45 hari). 

Disinilah tabligh bil hal tengah dilakukan dan sedikit demi sedikit menampakkan buahnya. Tidak hanya membuat orang yang dulunya anti dengan keberadaan Ahmadiyah di Bengkayang lalu berubah menjadi lebih ramah, tapi juga membuat orang-orang berdatangan sehingga rabtah yang dulu sulit dilakukan tidak lagi dirasakan.  Selain itu, membantu peningkatan kualitas ekonomi masyarakat sekitar dan membawa manfaat bagi lingkungan  tentu membawa dampak yang baik pula bagi Jemaat. Amin.