AA.Daeng Patunru' berdiri galau (16/1/12), napak tilas- didepan puing Rumah Misi Cikeusik, Banten. |
Laporan : AA Daeng Patunru’
Banten, medio Januari 2012
Burung Blekok dibelakang Puing Rumah Misi Cikeusik sesekali berteriak risau. Saya masih galau . Seperti dulu, diawal pertablighan Banten- lebih dua dasa warsa yang lalu, saya duduk dibibir jembatan Cibaliung, yang hanya berjarak 50 meter dari reruntuhan Rumah Misi Cikeusik.
Jembatan itu kini sudah diperbesar dan lebih panjang, namun Rumah Misi-halamanya mulai ditumbuhi semak belukar. Police Line sudah hancur. Bekas2nya masih melingkar kecil di pohon rambutan depan rumah misi. Bergayut masai. Pohon rambutan juga mati setengah badan, sementara ranting kecil mulai tumbuh disela-sela ketiak bawah sisa batangnya.
Tiada lagi daun jendela dan pintu. Mlompong begitu saja. Hanya Ayam dan Bebek tetangga yang masih rajin mengais cacing dipekarangan ,yang menjadi saksi bisu- anarki buah konflik Fantasi Religius tak berujung. Kondisi rumah mirip bangunan yang bekas terkena bom dijaman perang. Jalan aspal yang baru dibangun, menjadikan kendaraan bermotor yang lalu lalang kian kencang saja. Tak ada lagi yang peduli pada bangunan yang pernah menggugat dunia itu.
Nyaris sedahsyat Bencana Krakatau
Sembilan kecamatan di Kabupaten Pandeglang, Banten dilanda banjir akibat meluapnya Sungai Ciliman dan Cilemer.Kesembilan kecamatan itu adalah Sobang, Panimbang, Sukaresmi, Angsana, Cikeusik, Patia, Bojong, Munjul, dan Pagelaran.
Karuhun Tetua Banten menggambarkan, Banjir Bah 2012 yang merendam rumah2 , jalan2 dan menghancurkan sawah ladang para petani, sebagai bencana yang kedahsyatanya hanya terkalahkan bencana ledakan Gunung Krakatau beberapa decade lalu.
Kakek berusia 135 tahun itu, dulu pernah menjadi saksi saat Gunung di selat sunda itu Meriang dan memuntahkan gelombang Tsunami. Ketika kini banjir bah kembali melanda Banten, sambil mengunyah sirih, orang tua itu berujar ; apapun yang terjadi –jangan tinggalkan Banten, karena mungkin ini pertanda kedatangan Ratu Adil sudah dekat.
Benarkah Ratu Adil sudah dekat ? Faktanya Kadu, Duren- yang dulu jadi andalan buah unggul hasil Bumi Banten, yang tumbuh subur di tiap desa, kini nyaris punah. Bahkan perahu Nelayan sumbangan team tabligh awal Banten bagi para Mubayi’ien, yang berbobot 17 ton itupun telah tenggelam ditelan gelombang ombak Pantai Selatan. Adakah yang tersisa selain Doa? (aadp/kk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar